Page 298 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MEI 2021
P. 298

perlindungan  dan  kesejahteraan  kepada  buruh  seharusnya  waktu  lembur  ditentukan  paling
              banyak 3 jam/hari dan 14 jam/minggu


              Ringkasan

              Pencabutan Undang-undang Cipta Kerja menjadi prioritas utama pada unjuk rasa Peringatan
              Hari Buruh Internasional, Sabtu 1 Mei 2021. Buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia
              (KSPI),  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (KSPSI),  dan Federasi  Serikat  Pekerja
              Metal Indonesia (FSPMI) melaksanakan aksi unjuk rasa pada Hari Buruh, Sabtu (1/5/2021).



              PERINGATAN HARI BURUH INTERNASIONAL, 9 POIN UU CIPTA KERJA JADI
              SOROTAN, PENCABUTAN JADI PRIORITAS

              SRIPOKU.COM -- Pencabutan Undang-undang Cipta Kerja menjadi prioritas utama pada unjuk
              rasa Peringatan Hari Buruh Internasional, Sabtu 1 Mei 2021.

              Buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
              Indonesia (KSPSI), dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) melaksanakan aksi
              unjuk rasa pada Hari Buruh, Sabtu (1/5/2021).
              Tuntutannya adalah untuk mencabut Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
              (UUCK).  Buruh  juga  menyampaikan  petisi  kepada  Mahkamah  Konstitusi  (MK)  dan  Presiden
              Republik Indonesia.

              Menurut Presiden KSPI Said Iqbal, petisi tersebut diberikan agar hakim dari MK memperhatikan
              secara sungguh-sungguh uji materi dari Undang-Undang Cipta Kerja yang telah diajukan oleh
              buruh sebelumnya.

              "Ada sekitar 69 pasal yang kita uji materikan di dalam klaster ketenagakerjaan, antara lain ada
              9 isu prioritas dari 69 pasal tersebut," kata Said di lokasi aksi, Sabtu.


              Berikut adalah sembilan isu prioritas tersebut.
              Isu pertama adalah terkait pengaturan upah minimum. Dalam dokumen petisi yang diterima
              Kompas.com, dinyatakan bahwa, pengaturan upah minimum dalam Undang-Undang Cipta Kerja
              menunjukan tidak adanya perlindungan dari negara untuk mengupayakan kesejahteraan  buruh
              . Dokumen petisi tersebut ditandatangi oleh Said dan Presiden KSPSI Andy Gani.

              "Untuk mencapai tujuan bernegara dalam pengaturan upah minimum seharusnya ditetapkan;
              UMK  tanpa  syarat;  UMSK  tetap  diberlakukan;  dan  dasar  penetapan  UMP  dan  UMK  bersifat
              kumulatif,  yaitu  inflasi  dan  pertumbuhan  ekonomi,  dimana  setiap  5  tahun  sekali  dilakukan
              peninjauan ulang terhadap KHL," tulis Said dalam dokumen petisi tersebut.

              Isu prioritas kedua adalah terkait pesangon. Buruh tidak setuju dengan ketentuan pesangon
              yang diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja.

              "Semestinya, untuk mencapai tujuan bernegara, perlindungan dan kesejahteraan bagi  buruh
              diwujudkan  dengan  membuat  pengaturan:  nilai  UP,  UPMK,  dan  UPH tidak  ditetapkan  sesuai
              ketentuan (nilai standar), melainkan bersifat paling rendah (nilai minimum) agar terbuka peluang
              bagi  perusahaan  untuk  memberikan  nilai  lebih  kepada    buruh    ;  dan  nilai  UPH  15%  tidak
              dihilangkan," kata Said.

              Isu prioritas ketiga adalah terkait outsourcing.

                                                           297
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303