Page 715 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MEI 2021
P. 715

BERSATU STOP KEKERASAN SEKSUAL

              PERBINCANGAN mengenai Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU
              PKS)  terus  bergulir.  Teranyar,  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  dan  sejumlah  serikat
              buruh menyerahkan pernyataan komitmen bersama terkait RUU PKS kepada Wakil Ketua  DPR
              RI  bidang Korkesra,  Abdul Muhaimin Iskandar  atau Gus AMI.

              Pernyataan  komitmen  itu  ditandatangani  sekaligus  dihadiri  Ketua  Umum  Apindo  Haryadi
              Sukamdani, Ketua Umum KSPSI Andy Gani, Ketua Umum KSPSI Yorrys Raweyai, Presiden KSPN
              Ristadi,  Presiden  KSBSI  Elly  Rosita  Silabar,  Presiden  KSARBUMUSI  Saiful  Bahri  Anshori,  dan
              Presiden KSP BUMN Ahmad Irfan Nasution.

              Tentu  saja  Gus  AMI  menyambut  baik  pertemuan  itu,  dan  tersirat  menjadi  penguat  betapa
              penting dan urgennya RUU PKS untuk segera disahkan. Menurut dia, bukan hanya DPR dan
              Pemerintah, seluruh elemen bangsa bersatu menolak kekerasan seksual.

              "Ini  luar  biasa  karena  dukungan  terhadap  RUU  PKS,  Penghapusan  Kekerasan  Seksual  yang
              sedang dibahas di badan legislasi bukan (hanya) dari aktivis perempuan, tetapi para pejuang
              aktivis buruh (dan) pengusaha yang bersatu," kata Gus AMI, Jumat, 30 April 2021.

              Kehadiran APINDO dan sejumlah serikat buruh di ruang kerja Gus AMI tersebut seolah menjadi
              kado  peringatan  Hari  Buruh  yang  diperingati  pada  1  Mei  2021.  APINDO  dan  serikat  buruh
              menyatakan RUU ini dapat menjadi instrumen pencegahan terhadap pelecehan dan kekerasan
              seksual di tempat kerja.

              RUU ini mencuat ke permukaan pada 2016, setelah aktivis perempuan mendorong pembahasan
              RUU  ini  sebagai  respons  dari  kasus  pemerkosaan  sekaligus  pembunuhan  seorang  siswi  SMP
              berusia 13 tahun bernama Yuyun yang dilakukan oleh 14 pemuda di Bengkulu.

              Ditambah  lagi  muncul  data  statistik  terkini  dari  UNFPA  yang  menunjukkan  sekitar  1  dari  3
              perempuan  Indonesia  berumur  15-64  tahun  pernah  mengalami  kekerasan  fisik  dan  seksual.
              Jumlah korban kekerasan seksual bisa jadi lebih tinggi dari jumlah yang tercatat mengingat lebih
              dari  90%  kasus  pemerkosaan  di  Indonesia  tidak  tercatat  karena  tidak  dilaporkan  ke  pihak
              berwenang.

              Meski dinilai urgen, nyatanya RUU ini masih saja ada yang menolak. Salah satu argumen utama
              yang dilontarkan oleh kelompok yang menolak adalah bahwa kriminalisasi kasus pemerkosaan,
              termasuk pemerkosaan di dalam hubungan pernikahan bakal muncul jika RUU ini disahkan.

              Mereka menganggap RUU ini juga tidak secara eksplisit melarang hubungan seksual di luar nikah
              yang berdasarkan suka sama suka dan tanpa  kekerasan. Argumen lainnya menyatakan RUU
              tersebut secara tidak langsung mempromosikan 'seks bebas' dan perilaku homoseksualitas yang
              tentu saja bertentangan dengam nilai keagamaan.

              Gus AMI menyatakan saat ini perdebatan itu sudah hampir tidak ada lagi. Semua pihak sudah
              mulai memahami dan bersatu bahwa kekerasan seksual tidak dapat dibenarkan, baik dalam nilai
              agama, termasuk di dunia kerja.

              "Ini menarik bahwa saat ini semua pihak sudah mulai mendukung kesalahpahaman cara pandang
              keagamaan adalah kesalahpahaman yang biasa. Padahal sesungguhnya (dengan pengesahan
              RUU PKS) ini justru pengutamaan, pemuliaan dijunjung dalam setiap norma umat manusia," kata
              Gus AMI.

              Karena itu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengapresiasi inisiatif Menaker
              Ida Fauziyah yang mengajak APINDO serta sejumlah serikat buruh untuk bersatu menyukseskan
              RUU PKS.

                                                           714
   710   711   712   713   714   715   716   717   718   719   720