Page 69 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 AGUSTUS 2020
P. 69

Oktober nanti. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya siap all-out melakukan pembahasan.
              Per hari ditarget 50sampai 100 daftar inventarisasi masalah (DIM). Artinya, dengan 1.700DIM
              yang masih tersisa, dibutuhkan waktu 17 sampai 34 hari kerja. "Kalau hitungan normal, kita bisa
              selesaikan 100 DIM per hari," kata Supratman kemarin (17/8).

              Nah, jika dalam sehari pembahasan bisa menuntaskan 100 DIM, hanya dibutuhkan waktu 17
              hari  untuk  bisa  menyelesaikan  1.700  DIM  yang  masih  tersisa.  Jika  berjalan  lancar;  ujar
              Supratman,  pada  pertengahan  September  nanti  pembahasan  DIM  RUU  Ciptaker  sudah  bisa
              selesai. "Tapi, tentu saya tidak bisa jamin (dapat berjalan lancar, Red). Sangat bergantung pada
              dinamika di fraksi-fraksi," jelasnya.

              Target baleg itu cukup realistis. Apalagi, kelompok buruh yang selama ini paling getol menolak
              RUU tersebut sudah berhasil dijinakkan. Itu terjadi setelah konfederasi buruh bersedia digandeng
              DPR untuk masuk dalam tim kerja bersama dalam membahas omnibus law, khususnya yang
              terkait klaster ketenagakerjaan. "Saya yakin ini suatu sinergi yang baik antara buruh, DPR, dan
              pemerintah," ucapnya.

              Selama  ini  klaster  ketenagakerjaan  memang  paling  ditentang  kaum  buruh  karena  dianggap
              merugikan  pekerja  dan  menguntungkan  pemodal  atau  pengusaha  Misalnya  soal  rencana
              penghapusan upah minimum kabupaten/kota (UMK), perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT),
              diperluasnya outsourcing, penghapusan pesangon, hingga kemudahan mempekerjakan unskill
              workers  (buruh  kasar)  asing.  Nah,  melalui  tim  kerja    bersama,  Supratman  berharap  bisa
              mengakomodasi aspirasi serikat pekerja tersebut.

              Sanksi pidana bagi pengusaha menimbulkan kontroversi karena dalam draf awal dihilangkan
              Tapi, panja sudah mengembalikan sanksi pidana dalam RUU Ciptaker.

              Lebih jauh disampaikan, dalam setiap pembahasan, DPR tidak serta-merta menyepakati klausul
              pasal-pasal  yang  disodorkan  pemerintah.  "Panja  tidak  sekadar  menerima  cek  kosong  dari
              pemerintah," klaimnya.

              Diungkapkan, beberapa norma usulan pemerintah dalam draf omnibus law dirombak total. Salah
              satunya soal kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda). Awalnya, beber
              Supratman, kewenangan pemda dipangkas dan diambil alih pemerintah pusat Salah satunya
              perizinan berusaha yang kewenangannya jadi domain pusat "Tapi, dalam perkembangannya,
              kewenangan daerah sudah dikembalikan lagi," imbuh Supratman.
              Norma lainnya menyangkut sanksi. Di draf awal, seluruh ketentuan sanksi pidana dalam RUU
              Ciptakerdihilangkan.  Namun,  panja  meminta  pemerintah  mengembalikan  ketentuan  pidana
              tersebut  Seperti  yang  terkait  dengan  persoalan  kesehatan,  perusakan  lingkungan,  dan
              keselamatan  masyarakat  sekitar  usaha.  "Tidak  boleh  tidak  Sanksi  pidana  harus  hadir  agar
              masyarakat mendapat perlindungan," tutur politikus Gerindra itu. (mar/c9/fat)





















                                                           68
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74