Page 20 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JANUARI 2021
P. 20

Agus mencontohkan pada investasi saham, mayoritas penempatan atau 98% penempatan dana
              dilakukan pada saham kategori Blue Chip atau LQ45. Meski demikian, penempatan padasaham
              non-LQ45 juga tetap dilakukan dengan menerapkan protokol investasi yang ketat.

              Jumlah  saham  non-LQ45  tersebut  hanya  sekitar  2%  besarannya  dari  total  portofolio  saham
              BPJamsostek.

              "Untuk saham, BP Jamsostek hanya berinvestasi pada emiten BUMN, emiten dengan saham yang
              mudah  diperjualbelikan,  berkapitalisasi  besar,  memiliki  likuiditas  yang  baik  dan  memberikan
              deviden  secara  periodik.  Tentunya  faktor  analisis  fundamental  dan  review  risiko  menjadi
              pertimbangan utama dalam melakukan seleksi emiten. Jadi, tidak ada investasi pada saham-
              saham gorengan," papar Agus.

              Terpisah, pengamat ekonomi Yanuar. Rizky menilai biaya investasi untuk pengelolaan investasi
              dana jaminan sosial harus makin rendah. Beberapa catatan dari laporan keuangan pengelolaan
              dana investasi rasio biaya investasinya masih belum efisien.
              "Paradigma manajer investasi harus kuat di BP Jamsostek sehingga bukan lagi menj adi institusi
              yang bagi-bagi alokasi portofolio ke pihak ketiga," katanya.

              Yanuar  berharap  investasi  di  BP  Jamsostek  harus  semakin  mandiri  dikelola.  Peningkatan
              kapasitas sumber daya manusia (SDM) menjadi kunci sehingga cost leadership dari sisi biaya
              investasi akan semakin rendah. Karena yang controllable darimanajemen itu sisi pengelolaan
              biaya,kalau retum ada faktor makro yang memengaruhi.

              "Dari sisi alokasi juga perlu ada rebalancing portofolio agar iretim juga adaptif dengan kondisi
              pasar dan makro ekonomi, kapasitas membaca pasar berbasis teknologi bigdata alerting system
              adalah kepatutan tata kelola investasi yang harus dibenahi," tandasnya.

              Sementara  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker)  Ida  Fauziyah  mengatakan,  penyelenggaraan
              program  jaminan  sosial  ketenagakerjaan  oleh  BPJamsostek  memilih  sejumlah  kendala  yang
              harus diselesaikan.

              "Masalah  pertama  berkaitan  dengan  cakupan  kepesertaan.  Karena  pemerintah  bersama  BP
              Jamsostek  harus  dapat  melakukan  perluasan  cakupan  kepesertaan  semesta  untuk  semua
              segmen," kata Ida.

              Faktor  kedua,  lanjut  Ida,  terkait  dengan  penyelenggaraan  tiga  program  jaminan  sosial.
              Kementerian  Ketenagakerjaan  menemukan  banyaknya  manfaat  penyakit  akibat  kerja  (PAK)
              dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) yang tidak terbayar karena bersentuhan dengan
              program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

              "Banyak  penarikan  lebih  awal  atas  manfaat  program  Jaminan  Hari  Tua  (JHT).  Penarikan  itu
              memang  diatur  dalam  Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan  (Permenaker)  19/2015,  tetapi
              implementasinya membuat kondisi proteksi para pekerja menjadi rentan," sebutnya.

              rakhmatbaihatp/

              micheUenatedia










                                                           19
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25