Page 81 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 JANUARI 2021
P. 81
PENGANGGURAN DI INDONESIA NAIK 2,6 JUTA AKIBAT COVID-19
Tidak sedikit pekerja di Indonesia yang terdampak COVID-19, sehingga beralih dari pekerja
formal menjadi pekerja informal.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebutkan bahwa angka pengangguran di
Indonesia meningkat sebanyak 2,6 juta orang akibat pandemi COVID-19.
"Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) angka pengangguran menjadi 9,7 juta secara
nasional, dan ini tentu ada kenaikan 2,6 juta," kata Menaker Ida, Senin (11/1/2021).
Ida mengatakan Indonesia sebenarnya sudah menekan angka pengangguran sebelum pandemi
COVID-19 yakni menurun kurang lebih tujuh juta orang. Namun, karena penyebaran virus
tersebut angkanya kembali naik. "Kita sudah tekan angka pengangguran kita pada awal sebelum
pandemi itu sekitar tujuh juta, tapi karena pandemi naik lagi menjadi 9,77 juta orang," ujarnya.
Ida menyampaikan banyak pekerja di Indonesia yang terdampak COVID-19, mereka dari pekerja
formal kemudian bergeser menjadi pekerja informal. Meskipun demikian, kata Ida, pemerintah
sudah melakukan mitigasi, mulai dari mendorong keberlangsungan usaha hingga memberikan
banyak insentif.
"Kita sudah menyalurkan subsidi kepada para pekerja yang terdaftar sebagai peserta
BPJAMSOSTEK dari target 12,4 juta orang terealisasi 98 persen, hampir semua tercover,"
katanya.
Selain itu, lanjut Ida, pemerintah juga sudah membuat program kartu pra kerja, melakukan
perluasan tenaga kerja melalui pp latihan kewirausahaan serta program lainnya seperti padat
karya produktif dan infrastruktur. "Semua ini dilakukan pemerintah supaya para pekerja yang
terdampak tetap bisa survive (bertahan) pada saat pandemi ini," ucapnya
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa sebelumnya mengungkapkan sekitar Rpi.ooo triliun
daya beli masyarakat hilang, akibat pendapatan masyarakat yang tergerus baik secara langsung
maupun tidak langsung pandemi covid-19.
Ia merinci, kehilangan daya beli masyarakat akibat pendapatan yang hilang secara langsung
mencapai Rp374,4 triliun. Penyebabnya, lanjut dia, karena penurunan jam kerja di sektor industri
dan pariwisata dengan utilisasi hanya 50 persen.
Sisanya, lanjut dia, dari total hampir Rp1.000 triliun itu adalah pendapatan masyarakat yang
hilang secara tidak langsung yang berasal dari pelaku Usaha Milpro Kecil dan Menengah (UMKM)
karena mereka kehilangan pasar.
"Kehilangan 50 persen jam kerja, maka penghasilan berkurang 50 persen. Akibatnya yang
biasanya beli di UMKM makanan, itu karena pandemi, dan kedua karena tidak ada uang ekstra,
maka mereka (UMKM) kehilangan pasar," kata Suharso.
"Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik} angka pengangguran menjadi 9,7 juta secara
nasional, dan ini tentu ada kenaikan 2,6 juta" Menaker Ida
Arbi/Ant
80