Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 FEBRUARI 2021
P. 23
MEMPERSIAPKAN WFH JANGKA PANJANG
Nyaris setahun sudah mayoritas warga dunia bekerja dari rumah alias "work from home" atau
WFH. Fleksibilitas tempat dan waktu jadi keunggulan bekerja jarak jauh. Pola kerja seperti ini
diperkirakan bakal bertahan setelah pandemi usai.
Sekar Gandhawangi
Sebagian tenaga kerja pun siap dengan kemungkinan kerja jarak jauh (remote working) untuk
jangka panjang. Ini sesuai dengan hasil survei dari Dell Technologies dan Kantar, firma riset
global. Survei dilakukan terhadap 7.192 karyawan pada Oktober 2020 di tujuh negara, yakni
Indonesia, Australia, India, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan (negara Asia Pasifik
dan Jepang/APJ). Dari jumlah itu, sebanyak 1.030 responden dari Indonesia.
Hasilnya, 81 persen responden di Indonesia menyatakan siap bekerja jarak jauh untuk jangka
panjang. Sebanyak 55 persen responden merasa perusahaan tempat mereka bekerja
mendukung hal tersebut. Sementara itu, di APJ, ada 81 persen responden siap bekerja jarak
jauh untuk jangka panjang. Sebanyak 46 persen responden APJ menilai perusahaan mendukung
cara itu.
Kendati siap, ada beberapa hal yang jadi tantangan karyawan. Sebanyak 33 persen responden
Indonesia mengaku khawatir jika kehidupan profesional dan pribadi mereka jadi tercampur.
Kekhawatiran lain mereka adalah stabilitas jaringan internet (32 persen) dan kurangnya interaksi
dengan perusahaan (31 persen).
Dukungan teknologi juga jadi isu besar bagi para pekerja. Hanya 54 persen pekerja di Indonesia
yang setuju perusahaan mereka telah berupaya maksimal menyediakan sumber daya teknologi
yang dibutuhkan. Masih ada 32 persen responden yang menggunakan perangkat pribadi untuk
bekerja.
Ada 41 persen yang sepakat bahwa stabilitas jaringan jadi tantangan terbesar kerja jarak jauh.
Hal ini termasuk koneksi internet. Adapun 28 persen lainnya merasa kesulitan mengakses sumber
daya internal perusahaan dari rumah.
"Para pekerja mengharapkan tiga sumber daya teknologi dari perusahaan mereka. Pertama,
perangkat produktivitas sebanyak 42 persen responden. Kedua, jaringan yang stabil sebanyak
39 persen. Ketiga, akses ke sumber daya internal perusahaan sebesar 32 persen," kata Director
of Commercial Client Dell Technologies di Indonesia dan Filipina Martin Wibisono, dalam
pertemuan daring, Rabu (4/2/2021).
Tantangan jaringan
Stabilitas dan kecepatan jaringan internet harus diakui menjadi tantangan nomor satu pekerja
jarak jauh saat ini. Namun, sayangnya, kecepatan koneksi internet dalam negeri masih rendah.
Menurut lembaga OpenSig-nal pada 2019, Indonesia menduduki peringkat ke-72 dari 77 negara
dalam hal kecepatan internet 4G. Kecepatan internet 4G di Indonesia maksimal 18,5 megabita
per detik (Mbps), dengan kecepatan rata-rata sebesar 8,6 Mbps. Korea Selatan di peringkat
pertama dengan kecepatan rata-rata 47,1 Mbps.
Pengamat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Heru Sutadi menambahkan, cakupan
internet di Indonesia belum rata. Masih ada 12.500 desa yang belum terhubung dengan internet.
Menghubungkan seluruh wilayah dengan internet jadi penting karena membantu keseharian
masyarakat, khususnya saat pandemi. Banyak aktivitas warga yang kini pindah ke ruang virtual.
22