Page 113 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2021
P. 113

KEMENAKER DIBERI TENGGAT 10 NOVEMBER UMUMKAN KENAIKAN UMP 2022

              JAKARTA -- Dewan Pengupahan Nasional atau Depenas memberi tenggat waktu Kementerian
              Ketenagakerjaan  untuk  mengumumkan  Upah  minimum  Provinsi  (UMP)  2022  hingga  10
              November mendatang.

              Wakil Ketua Depenas Adi Mahfud mengatakan Kemenaker masih meminta sejumlah data detail
              dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menghitung besaran UMP tahun depan itu. Data detail itu
              di antaranya seperti tingkat konsumsi rata-rata rumah tangga dan data konsumsi pekerja di
              rumah tangga.

              "Rilis BPS tanggal 15 kemarin itu karena suatu hal kami masih menunggu indikator yang dijadikan
              sebagai penghitung UMP, begitu kemarin sepakat kelengkapan data itu akan dikirim dari BPS ke
              Kemenaker maksimum tanggal 5 November, ketetapannya kami mewanti-wanti di bawah tanggal
              10 November," kata Adi melalui sambungan telepon kepada Bisnis, Senin (25/10/2021).

              Kendati  demikian,  Adi  enggan  untuk  menerangkan  isi  pembahasan  teranyar  soal  ketetapan
              kenaikan UMP tahun depan itu. Dia beralasan dirinya dibatasi oleh kode etik untuk membeberkan
              isi  pembahasan  yang  masih  berkembang  bersama  Kemenaker  dan  pemangku  kepentingan
              lainnya.

              "Kami mengacu pada data BPS, itu jadi acuan untuk menghitung UMP provinsi, kabupaten, kota.
              Kami tidak memungkinkan untuk menyebut angka itu," tuturnya.

              Persentase kenaikan upah minimum berpotensi lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun
              sebelumnya, seiring dengan diterapkannya metode kalkulasi baru perhitungan upah minimum.

              Penetapan upah minimum 2022 bakal mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 36/2021
              tentang Pengupahan yang menggantikan PP No. 78/2015.
              Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar menjelaskan
              penghitungan upah minimum terbaru akan memakai sejumlah variabel baru. Pada regulasi lama,
              kenaikan upah minimum mengacu pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi tahun berjalan.

              "Kenaikan upah minimum tahun depan dihitung dengan mengacu pada upah minimum tahun
              berjalan, tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, batas atas dan batas bawah upah minimum,"
              kata Timboel, Minggu (24/10/2021).

              Batas atas upah minimum sendiri dihitung dengan mengalikan rata-rata konsumsi per kapita dan
              rata-rata anggota keluarga. Hasil dari perkalian itu lantas dibagi dengan jumlah rata-rata anggota
              rumah tangga yang bekerja.

              Hasil  penghitungan  sementara  yang  dilakukan  Timboel  dengan  formulasi  terbaru
              memperlihatkan  kenaikan  upah  minimum  berada  di  kisaran  1  sampai  2  persen.  Selain  itu,
              kenaikan upah minimum berpotensi tak merata karena inflasi dan pertumbuhan ekonomi tak
              merata di setiap provinsi.

              "Yang terpenting sekarang otoritas statistik segera merilis angka-angka variabel yang diperlukan,
              seperti tingkat konsumsi dan jumlah rata-rata anggota keluarga. Dengan variabel yang makin
              banyak, kemungkinan kenaikan lebih kecil dari pada saat PP No. 78/2015 diterapkan," kata dia.








                                                           112
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118