Page 201 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2021
P. 201
MENAKER OPTIMISTIS RI BISA RAIH BONUS DEMOGRAFI DAN JADI NEGARA MAJU
Indonesia diprediksi akan mendapatkan puncak bonus demografi pada tahun 2030. Hal ini
terlihat dari jumlah penduduk yang didominasi usia produktif, yaitu 14-64 tahun, atau mencapai
70 persen dari jumlah penduduk.
Melihat hal ini, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah optimistis bonus demografi mampu
mendorong Indonesia menjadi negara maju. Namun, untuk mencapai hal ini dibutuhkan
serangkaian persyaratan, di antaranya penduduk yang masuk kategori usia produktif memiliki
kedisiplinan dan etos kerja tinggi.
"Saya percaya dan yakin bonus demografi akan kita raih dan kita akan masuk menjadi negara
maju di tahun 2045 kalau kita mempersiapkan dengan baik, termasuk Pesantren Bina Insan
Mulia yang akan mempersiapkan Indonesia menjadi negara maju yang memiliki kedisiplinan yang
tinggi dan etos kerja yang tinggi, " ujar Ida dalam keterangan tertulis, Senin (25/10/2021).
Saat mengunjungi Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Jawa Barat, Minggu (24/10), Ida
mengatakan jumlah usia produktif di Indonesia perlu dimanfaatkan dengan baik. Dengan
demikian hal ini dapat menjadi bonus demografi dan tidak menjadi bencana demografi.
"Tidak semua negara mendapatkan bonus demografi. Di antara negara-negara yang
mendapatkannya, yaitu Jepang, China, dan Korea Selatan. Bonus demografi mengantarkan
Jepang menjadi negara maju, mengantarkan China menjadi negara maju, Korsel maju. Dan tidak
sedikit juga yang gagal memanfaatkannya seperti Afrika dan Brazil," jelasnya.
Menurut Ida, jika Indonesia berhasil meraih bonus demografi, cita-cita Indonesia menjadi negara
maju pada 2045 dapat terwujud.
"Nantinya Indonesia menjadi negara maju terbesar ketiga di dunia yang pertumbuhan
ekonominya tinggi, yang tidak ada orang miskin di Indonesia, yang kemiskinannya nol persen,"
katanya.
Ida juga optimis Pesantren Bina Insan Mulia dapat berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia
sebagai negara maju. Dalam hal ini, pesantren bisa mencetak santri-santri yang memiliki
kedalaman ilmu agama sekaligus menguasai teknologi digital.
"Kita tidak hanya butuh teknokrat-teknokrat, kita juga butuh konten-konten YouTube yang juga
kontennya kesantrian, kita juga butuh inovator-inovator baru yang juga santri. Kita ingin mengisi
Indonesia 2045 menjadi negara maju yang di situ ada kontribusi santri di dalamnya,"
pungkasnya.
200