Page 59 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JULI 2021
P. 59

"Sejak tanggal 5 Juli sampai tanggal 8 Juli ini kita melakukan inspeksi mendadak kepada 276
              perusahaan yang ada di lima wilayah Jakarta dan menemukan 202 perusahaan harus dilakukan
              penindakan," kata Andri di Jakarta, Kamis (8/7).

              Andri  menjelaskan  bahwa  dari  202  perusahaan  yang  ditindak  tersebut  dilakukan  penutupan
              sementara dengan rincian sebanyak 187 perusahaan ditutup karena adanya kasus COVID-19.

              Perusahaan  yang  ditutup  sementara  itu  terdiri  dari  79  perusahaan  di  Jakarta  Pusat,  27
              perusahaan di Jakarta Barat, 19 perusahaan di Jakarta Utara, enam perusahaan di Jakarta Timur,
              dan 56 perusahaan di Jakarta Selatan.

              Sementara  sebanyak  15  perusahaan  lainnya  ditutup  karena  tidak  menjalankan  protokol
              kesehatan COVID-19 dengan rincian empat perusahaan di Jakarta Pusat (dua non esensial dan
              dua  esensial),  dua  perusahaan  di  Jakarta  Barat  (satu  non  esensial  dan  satu  esensial),  serta
              sembilan perusahaan di Jakarta Selatan (empat non esensial dan lima esensial).

              "Semuanya kami lakukan penutupan karena pelanggarannya, tidak ada yang dikenakan denda,"
              ucap Andri.

              Pemprov DKI Jakarta, kata Andri, menegaskan bahwa perusahaan sektor esensial dan kritikal
              tetap akan dilakukan pengawasan ketat.

              "Perusahaan yang masuk sektor esensial dan sektor kritikal bukan berarti tidak disidak atau tidak
              dilakukan pengawasan, tetap akan kita periksa/awasi malah justru lebih ketat pengawasannya,
              kalau mereka melanggar prokes bukan hanya ditegur tapi kita beri sanksi," ujar Andri Yansyah.

              Sanksi tersebut, kata Andri, diberlakukan berjenjang dengan rincian mulai dari penutupan tiga
              hari  (bagi  sektor  esensial-kritikal),  untuk  pelanggaran  kedua  dikenakan  denda  administratif
              paling banyak Rp50 juta dan pelanggaran ketiga akan direkomendasikan ke Dinas Penanamana
              Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) untuk pencabutan izin operasional.

              Selama masa PPKM Darurat pada 3-20 Juli 2021, hanya perusahaan atau sektor-sektor esensial
              dan kritikal yang diperbolehkan beroperasi dengan berbagai ketentuan pembatasan, sementara
              di luar itu diharuskan memberlakukan kerja di rumah (work from home/WFH) 100 persen.

              Dari aturan terbaru, Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan merevisi
              sektor esensial dan kritikal dalam PPKM Darurat 2021 ini.

              Untuk  sektor  esensial  adalah  sebagai  berikut:  a.  Keuangan  dan  perbankan  hanya  meliputi
              asuransi, bank, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan.

              b. Pasar modal.

              c. Teknologi informasi dan komunikasi meliputi operator seluler, data center, internet, pos, media
              terkait dengan penyebaran informasi kepada masyarakat.

              d. Perhotelan non penanganan karantina.

              e. Industri orientasi ekspor dimana pihak perusahaan harus menunjukkan bukti contoh dokumen
              Pemberitahuan  Ekspor  Barang  (PEB)  selama  12  bulan  terakhir  atau  dokumen  lain  yang
              menunjukkan rencana ekspor dan wajib memiliki IOMKI (Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan
              Industri).

              Luhut  menerangkan  bahwa  untuk  butir  (a)  sampai  (d)  dapat  beroperasi  dengan  kapasitas
              maksimal 50 persen staf. Sementara untuk butir (e) dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal
              sebesar  50  persen  staf  yang  bekerja  di  fasilitas  produksi/pabrik,  sementara  untuk  wilayah
              perkantoran pendukung operasional hanya diperbolehkan maksimal 10 persen staf.
                                                           58
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64