Page 358 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 JULI 2020
P. 358

59 KLASTER KANTOR JAKARTA, DPRD SENTIL PENGAWASAN PEMPROV DKI

              Jakarta -  DPRD DKI Jakarta menyebut munculnya klaster  Covid-19  di perkantoran terkait
              kelemahan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama penerapan
              pembatasan sosial berskala besar (  PSBB  ) Transisi.

              Sebelumnya, Satgas Penanganan Covid-19 membenarkan keberadaan 59 klaster perkantoran di
              DKI Jakarta sejak pemberlakuan PSBB Transisi.

              Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono mengatakan, semenjak perusahaan
              atau  perkantoran  mulai  dibuka  kembali  pada  8  Juni,  nyaris  tidak  ada  pengawasan  yang
              dilakukan oleh Pemprov DKI.

              "Bukan  sekadar  [pengawasannya]  kurang,  [tapi]  nyaris  tidak  ada.  Jadi  begitu  sudah  ramai
              [kasus] baru muncul [pengawasan]," kata dia, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (27/7).

              Diketahui,  perkantoran  ataupun  perusahaan  kembali  diizinkan  beroperasi  pada  masa  PSBB
              Transisi.  Syaratnya,  ada  pembatasan  jumlah  karyawan  yang  masuk,  yakni  50  persen  dari
              kapasitas gedung. Sisanya menerapkan kerja dari rumah atau  work from home  (WFH).

              Selain itu, perusahaan juga diminta menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 di
              kantor.  Misalnya,  dengan  pengecekan  suhu  tubuh  sebelum  masuk  gedung,  menyediakan
              fasilitas cuci tangan di sejumlah tempat, dan memberikan jarak bagi pegawai yang bekerja.

              Foto:  Infografis  Daerah  Kasus  Tertinggi  dan  Terendah  Corona    Pemprov  DKI  juga  telah
              mengatur pembagian sif kerja. Ini juga sejalan dengan Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan
              Penanganan Covid-19 Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pengaturan jam Kerja di wilayah Jakarta,
              Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

              Sif  pertama  dimulai  07.00-07.30  WIB,  sedangkan  sif  kedua  dimulai  10.00-10.30  WIB.
              Pemerintah  berharap  perkantoran  menerapkan  jam  kerja  selama  delapan  jam.  Sehingga  sif
              pertama bisa rampung pada 15.00-15.30 WIB, sedangkan sif kedua pada 18.00-18.30 WIB.


              Terkait  semua  kebijakan  yang  diatur  tersebut,  Gembong  meminta  pengawasan  terhadap
              pelaksanaan aturannya.

              "Kuncinya di pengawasan, jadi selalu saya katakan kuncinya ada di pengawasan, kebijakan yang
              dikeluarkan  itu  jangan  hanya  melempar,  tapi  membutuhkan  pengawasan  yang  ketat," tutur
              Gembong.

              "Kuncinya  di  sana,  Dinas  Ketenagakerjaan  bisa  lakukan  pengawasan  secara  intens,  klaster
              perkantoran bisa diperkecil," lanjut dia.

              Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta, Andri Yansah saat ditemui
              terpisah  mengakui  bahwa  pihaknya  memang  kesulitan  mengawasi  78  ribu  perusahaan  di
              Jakarta. Menurut dia, butuh kerja sama dari pihak perusahaan dalam hal menangani penyebaran
              virus corona di perkantoran.

              Foto: CNN Indonesia/Fajrian  "Karena jumlah kita (pegawai Disnaker) sedikit, sedangkan jumlah
              perusahaan yang kita awasi hampir 78 ribu sekian," kata Andri.

              Andri  juga  menekankan  agar  perusahaan  benar-benar  menerapkan  aturan  pembatasan
              kapasitas  50  persen  di  kantor.  Hal  ini  sebagai  upaya  menekan  penyebaran  virus  corona  di
              perkantoran.




                                                           357
   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362   363