Page 49 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 SEPTEMBER 2020
P. 49

GAGALKAN 7 CPMI NONPROSEDURAL KE TIMUR TENGAH, KEPALA BP2MI UCAPKAN
              KALIMAT INI, TEGAS!
              JAKARTA - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) kembali menggagalkan 7 orang
              calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) yang diduga akan diberangkatkan secara nonprosedural
              sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) ke negara Timur Tengah.

              Dari  peristiwa  ini  dapat  dikatakan  bahwa  upaya  pengiriman  secara  illegal  PMI  masih  terus
              berlangsung. Terutama untuk penempatan PMI ke negara Timur Tengah yang hingga saat ini
              masih  dimoratorium.  Sesuai  Kepmenaker  Nomor  260  Tahun  2015  tentang  Penghentian  dan
              Pelarangan  Penempatan  Tenaga  Kerja  Indonesia  pada  Pengguna  Perseorangan  di  Negara-
              Negara  Kawasan  Timur  Tengah.  Untuk  itu,  kepada  para  pengusaha,  pemilik  perusahaan,
              manning agency, atau P3MI, Kepala BP2MI menyampaikan pesannya.

              "Kami tidak memulai perang ini, tetapi peperangan itu kalian lah yang memulainya dengan segala
              bentuk  kejahatan  illegal  terhadap  PMI.  Maka  jangan  pernah  berpikir  bahwa  kami  akan
              menghentikan peperangan ini dan jangan pernah berpikir kalian bisa menghentikan peperangan
              ini. Dan saya tegaskan bahwa saya rela pertaruhkan leher saya, badan saya walau hanya untuk
              satu  orang  PMI  "  tegas  Kepala  BP2MI,  Benny  Rhamdani  di  hadapan  para  media  saat  Press
              Conference di kantor BP2MI, Jakarta, Kamis (24/9).

              Kasus ini bermula dari laporan yang diterima oleh BP2MI dari masyarakat melalui Crisis Center
              pada  Kamis  (24/9),  bahwa  ada  30  PMI  yang  ditampung  di  sebuah  rumah  kontrakan  yang
              berlokasi di Jalan Swadaya RT 03/09 Kampung Tengah, Kramat Jati, Jakarta Timur. Informasi
              tersebut langsung ditelusuri oleh tim UPT BP2MI Jakarta, dan ditemukan 7 orang PMI wanita
              yang telah ditampung di rumah tersebut selama dua minggu.

              "Dari 7 CPMI yang ditemukan, 5 orang diantaranya akan dipekerjakan ke Abu Dhabi, 1 orang ke
              Dubai,  dan  1  orang  ke  Qatar.  Salah  satu  CPMI  tersebut  mengatakan  bahwa  yang  akan
              memberangkatkan mereka adalah PT Prima Duta," ujarnya.

              Bersama 7 CPMI tersebut, tim UPT BP2MI Jakarta juga bertemu dengan Ahmad Nuryadi, yang
              diketahui merupakan suami dari Sri Lestari, penanggungjawab penampungan. Ke-7 CPMI dan
              Ahmad  Nuryadi  turut  diamankan  oleh  BP2MI  untuk  dilakukan  pendalaman  dan  wawancara,
              karena saat didatangi di rumah tersebut Sri Lestari tidak berada di tempat.

              Benny  mengatakan,  ke-7  CPMI  yang  diamankan  ini  berasal  dari  daerah  Cianjur  3  orang,
              Sukabumi  1  orang,  Karawang  1  orang,  dan  Serang  Banten  2  orang.  Setelah  dilakukan
              pendalaman dan wawancara terhadap 7 orang CPMI, mereka akan ditampung di shelter UPT
              BP2MI Jakarta. Untuk selanjutnya, mereka akan didampingi oleh BP2MI untuk penyidikan ke
              Bareskrim Polri sebagai tindaklanjut proses hukum.

              "Artinya ke-7 orang CPMI ini telah dalam perlindungan negara, karena mereka adalah korban
              yang berhak mendapatkan perlindungan," jelas Benny.

              Minggu  depan,  lanjut  Benny,  BP2MI  akan  mengajak  pihak  airlines,  PT  Angkasa  Pura,  Dirjen
              Imigrasi,  Dirjen  Perhubungan,  dan  instansi  terkait  lainnya  untuk  duduk  bersama  dan
              membangun kesepahaman, agar pengiriman illegal PMI ini bisa dicegah mulai dari bandara.

              "Modus operandi PMI yang diberangkatkan secara nonprosedural dengan mudah dapat diketahui
              dari visa yang digunakan yaitu visa turis, dan biasanya mereka tidak memiliki tiket kepulangan
              maupun reservasi tempat menginap. Jika ada kemauan dan kesepahaman bersama, tentu kita
              bisa cegah mereka sejak dari bandara. Oleh karena itu membutuhkan kerja-kerja kolaboratif,
              bukan hanya BP2MI saja," tutup Benny.

              (fri/jpnn).
                                                           48
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54