Page 73 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 01 JULI 2019
P. 73

Dari sekitar 9 juta pekerja/buruh yang menjadi anggota serikat pekerja/serikat
               buruh pada awal reformasi 1998, kini hanya tersisa 2.717.961 pekerja/buruh. Dari
               192.238 perusahaan, serikat pekerja/serikat buruh hanya eksis di 7.294 perusahaan.
               "Jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yang eksis di
               sekitar 11.852 perusahaan," kata Haiyani.

               Menariknya, struktur atas gerakan buruh (federasi dan konfederasi) naik drastis.
               Federasi serikat pekerja/serikat buruh membengkak menjadi 137, dan konfederasi
               menjadi 15. "Politisasi dan polarisasi membuat struktur gerakan buruh keropos di
               bawah," katanya.

               Pada sisi lain, secara eksternal gerakan buruh dihadapkan pada perubahan industri
               yang cepat dan masif. Revolusi industrial 4.0, memaksa di semua sektor yaitu
               ekonomi, bisnis, keuangan dan lainnya, melakukan adaptasi dengan metode baru
               yang digital based. Di satu sisi, revolusi tersebut menjanjikan efisiensi dan
               produktivitas.

               Namun di sisi lain, lanjut Haiyani revolusi itu juga mengancam keberadaan pekerja
               yang berpendidikan rendah maupun pekerja yang memiliki skill rendah.

               "Kondisi tersebut tidak dapat dihindari oleh semua pihak, dan dampak langsung
               yang dirasakan ialah berupa pengurangan tenaga kerja, namun hal ini bisa diatasi
               dengan penyesuaian skill SDM yang ada dengan melakukan training-training dan
               pelatihan-pelatihan, " ujar Haiyani.

               Terkait kongres, pemerintah berharap pemimpin masa depan KSBSI idealnya bisa
               memotivasi anggotanya untuk mencapai tingkat tertinggi di dalam kerja dan karya
               sekaligus membangun prestasi.

               "Sebab pemimpin masa depan selalu mengungkap intuisi, ide dan logikanya, sambil
               mendiskusikannya dengan orang lain serta mencari solusi yang visioner," katanya.

               Presiden KSBSI Mudhofir mengatakan selain melakukan perubahan dan
               mengedepankan dialog sosial, sebagai serikat buruh yang profesional, KSBSI harus
               menjadi motor sebagai organisasi buruh yang cerdas, memberikan ide/gagasan
               bahkan solusi terhadap permasalahan pemerintahan.

               "Dalam negara demokrasi tak mungkin hanya memperjuangkan secara sendiri,
               sektoral kepentingan buruh sendiri. Kita harus bisa berjuang dan bekerja sama
               dengan asosiasi pengusaha dan pemerintah," katanya.

               Kongres VIII KSBSI bertema "Kerja Layak dan Transisi yang Adil Menghadapi
               Industri Digital" dihadiri diantaranya oleh Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Eko
               Sulistio; Danang Giri (DPN Apindo); Rekson Silaban (Dewas BPJS Ketenagakerjaan);
               Shoya Yosida (General Secretary ITUC); dan Direktur Organisasi Buruh Internasional
               (ILO) di Indonesia Michio Miyamoto.




                                                       Page 72 of 119.
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78