Page 24 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 FEBRUARI 2021
P. 24
meninggalkan Diah Ardika, anak pertama yang lahir pada 1991, saat Turini berusia 18 tahun,
serta Menda, si bungsu, yang kala itu masih bayi.
Ia berangkat melalui perusahaan penyalur pekerja migran Indonesia (PMI) di Jakarta Timur. Ia
tidak tahu apakah perusahaan itu legal atau tidak. Yang pasti, dokumennya dipegang sponsor
(perekrut) dan perusahaan.
Beberapa tahun di Arab Saudi, ia sempat mengirim uang senilai Rp 20 juta. Setelah itu, ia tak
lagi menerima gaji. Saat majikannya meninggal, ia dialihkan ke majikan lainnya.
Nasibnya kian tidak jelas. Komunikasi dengan keluarga di Cirebon terputus, bahkan selama 15
tahun. Surat keluarga yang dikirim tidak pernah sampai ke tangan Turini. Majikannya mengganti
alamat rumah dan namanya. "Nama saya jadi Fatma. Saya dilarang keluar rumah," kenangnya.
Bertahun-tahun keluarganya berupaya mencari Turini. Namun, perusahaan yang
memberangkatkannya keburu bangkrut. Uang jutaan rupiah untuk membayar pihak yang beijanji
memulangkan Turini pun terbuang sia-sia.
Titik terang muncul pada Maret 2019 saat Turini bertemu Lisa, asisten rumah tangga asal Filipina
yang bekerja pada kerabat majikannya. Lisa mengunggah nestapa Turini di media sosial.
Ia juga melaporkan kejadian itu ke polisi. Ironisnya, Lisa justru dipukuli majikannya dan dipecat.
"Meskipun Lisa berbeda agama dengan saya, dia malaikat penolong," kata Turini.
Kabar dari Lisa mempermudah proses pelacakan dari tim Kementerian Ketenagakerjaan, Badan
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), dan Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan
Besar RI di Riyadh. Setelah melalui proses yang panjang, Turini dipulangkan ke Cirebon, 22 Juli
2019.
Nestapa Turini belum berakhir saat tiba di Tanah Air. Babak baru mengumpulkan memori yang
hilang harus ia hadapi. Penderitaan panjang selama di Arab Saudi membuat Turini trauma berat.
Keluarga bagai orang asing baginya.
Samsudin dengan sabar berusaha mengembalikan ingatan Turini. Tanpa bekal teori konseling
psikologi, seiring berjalannya waktu, cinta juga yang menyatukan mereka. Bahkan, mereka
menikah lagi di hadapan penghulu dan saksi.
Pemerintah juga membantunya mendapatkan gaji yang belum dibayarkan, lebih dari Rp 600
juta. Uang itu salah satunya dipakai untuk membuka warung di Taman Wisata Siwalk, setahun
terakhir. Sebelum pandemi, ia bisa meraup Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per hari. Kini, warung
yang menyajikan aneka minuman dan makanan ringan itu sepi. Namun, Samsudin dan Turini
tidak menyerah.
Perdagangan orang
Kisah Turini menjadi potret hitam tindak pidana perdagangan orang (TPPO) Indonesia. Ia
direkrut tidak sesuai dengan kontrak dan dieksploitasi bekerja tanpa bayaran. Tak jarang korban
TPPO di luar negeri pulang dalam keadaan tidak bernyawa atau tidak bisa pulang sama sekali.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cirebon menerima 42 laporan PMI asal Cirebon
yang bermasalah pada 2020. Paling banyak adalah kasus habis kontrak (8 orang), gaji belum
dibayarkan (7), dan meninggal (6). Jumlah ini melonjak dibandingkan dengan 2019, yakni 28
kasus.
Pada saat yang sama, 2.803 PMI asal Cirebon berangkat ke luar negeri pada 2020. Jumlah ini
berkurang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, 9.931 warga. Penurunan ini dipengaruhi
pandemi Covid-19.
23