Page 143 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2020
P. 143

TEGAS TOLAK OMNIBUS LAW, 9 HAL INI JADI ALASAN BURUH

              Puluhan ribu buruh kembali berunjuk rasa menolak omnibus law Rancangan Undang-Undang
              Cipta  Kerja  (RUU  Cipta  Kerja)  di  depan  Kementerian  Koordinator  bidang  Perekonomian  dan
              gedung DPR RI, Selasa (25/8/2020). Aksi tersebut juga serentak digelar di beberapa daerah
              lainnya, yaitu Bandung, Serang, Semarang, Surabaya, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
              Bengkulu,  Riau,  Batam,  Lampung,  Banjarmasin,  Samarinda,  Gorontalo,  Makassar,  Manado,
              Kendari, Mataram, Maluku, Ambon, Papua, dan sebagainya.

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (  KSPI  ),  Said Iqbal  , menjelaskan ada sembilan
              alasan kaum buruh menolak draf omnibus law pemerintah. Mereka menyoalkan hilangnya upah
              minimum,  berkurangnya  nilai  pesangon,  waktu  kerja  eksploitatif,  karyawan  kontrak  seumur
              hidup,  outsourcing  seumur hidup, PHK dipermudah, hak cuti dan upah atas cuti dihapus, TKA
              buruh  kasar  dipermudah  masuk,  sanksi  pidana  dihapus,  serta  potensi  hilangnya  jaminan
              kesehatan dan jaminan pensiun bagi pekerja kontrak dan  outsourcing  seumur hidup.

              "Dalam omnibus law, upah akan makin murah. Karena selain menghilangkan UMK dan UMSK,
              juga  diberlakukan  upah  minimum  industri  pada  karya.  Selain  itu,  kenaikan  upah  hanya
              didasarkan  pada  pertumbuhan  ekonomi.  Padahal,  dalam  PP  No  78/2005,  kenaikan  upah
              minimum  didasarkan  pada  inflansi  plus  pertumbuhan  ekonomi,"  jelas  Said  Iqbal  dalam
              keterangannya, Selasa (25/8/2020).

              Selain itu, pekerja kontrak dan  outsourcing  diperbolehkan untuk seluruh jenis pekerjaan dan
              berlaku  seumur  hidup  tanpa  batas  kontrak.  Akibatnya,  buruh  tidak  lagi  diangkat  menjadi
              karyawan  tetap.  Karena  bukan  karyawan  tetap,  dengan  sendirinya,  hak  pesangon  pekerja
              kontrak  dan    outsourcing    tidak  akan  pernah  mendapatkan  pesangon  seumur  hidupnya
              selayaknya karyawan tetap.

              "Kalaupun ada program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) dari pemerintah, tapi berlaku untuk
              pekerja dengan masa kerja 1 tahun ke atas. Jadi, pengusaha buat saja kontrak kerja per 11
              bulan saja diputus terus dikontrak lagi dan seterusnya, maka tidak perlu bayar JKP," terang dia.
              Berikutnya, di dalam omnibus law, pesangon dihapus dan dikurangi nilainya. Padahal, dalam UU
              No 13/2003 disebutkan ada tiga komponen dalam pesangon, yaitu uang pesangon itu sendiri,
              uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak sebesar 15 persen.

              "Dalam omnibus law, uang penggantian hak dihapus dan bukan lagi kewajiban. Nilai dari uang
              penghargaan masa kerja dikurangi," celetuknya.

              RUU  Cipta  Kerja  juga  membuat  waktu  kerja  eksploitatif  karena  hanya  diatur  waktu  kerja
              maksimal  8  jam  sehari  dan  40  jam  seminggu.  Menurut  dia,  pengusaha  bisa  saja  buruh
              dipekerjakan 7 hari dalam seminggu tanpa libur, dengan cara 6 jam kerja sehari Senin sampai
              Sabtu dan Minggu 4 jam kerja sehari. Hal itu berpotensi mengarah pada perbudakan modern.

              Persoalan lainnya adalah tenaga kerja asing (TKA) buruh kasar yang mudah masuk ke Indonesia.
              Mereka tidak lagi memerlukan surat izin tertulis dari menteri. Sementara, dalam UU No 13/2003,
              RPTKA mensyaratkan harus dilaporkan bahwa TKA wajib didampingi tenaga kerja lokal sebagai
              pendamping agar keluar surat izin tertulis menteri.

              "Tapi dalam omnibus law, TKA bekerja dulu baru dilaporkan menyusul tenaga lokal pendamping
              tanpa harus ada surat izin menteri, jadi mudah sekali buruh kasar TKA bekerja di Indonesia,"
              tukasnya..






                                                           142
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148