Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 NOVEMBER 2020
P. 4

Dengan pernyataan tersebut, berikut hak buruh atas cuti dan istirahat dalam  UU Cipta Kerja
              Omnibus  Law    1.  Hak  atas  istirahat    Aturan  tercantum  dalam  Bagian  Kedua  tentang
              Ketenagakerjaan  yang  mengubah  beberapa  ketentuan  dalam  UU  13/2003.  Ketentuan  dalam
              pasal 79 diubah terkait istirahat antara jam kerja dan mingguan dalam ayat 2. Berikut bunyinya:
              (2)  Waktu  istirahat  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  huruf  a  wajib  diberikan  kepada
              pekerja/buruh paling sedikit meliputi:  a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam
              setelah  bekerja  selama  4  (empat)  jam  terus  menerus,  dan  waktu  istirahat  tersebut  tidak
              termasuk jam kerja dan  b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
              (satu) minggu.

              2. Hak atas cuti tahunan  Ayat berikutnya menjelaskan cuti tahunan bagi pekerja yang telah
              bekerja selama 12 bulan terus menerus. Berikut bunyi aturan terkait hak cuti tahunan dalam  UU
              Cipta Kerja  Omnibus Law:  (3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang wajib
              diberikan  kepada  pekerja/buruh,  yaitu  cuti  tahunan,  paling  sedikit  12  (dua  belas)  hari  kerja
              setelah  pekerja/buruh  yang  bersangkutan  bekerja  selama  12  (dua  belas)  bulan  secara  terus
              menerus.

              (4)  Pelaksanaan  cuti  tahunan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3)  diatur  dalam  perjanjian
              kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

              3. Hak atas istirahat/cuti hamil dan melahirkan  Ketentuan ini terdapat dalam Undang-undang
              Ketenagakerjaan pasal 82 yang harus ditaati pengusaha/pemberi kerja. Berikut bunyi ketentuan
              yang tidak berubah dalam  UU Cipta Kerja  :  (1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh
              istirahat  selama  1,5  (satu  setengah)  bulan  sebelum  saatnya  melahirkan  anak  dan  1,5  (satu
              setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.

              (2)  Pekerja/buruh  perempuan  yang  mengalami  keguguran  kandungan  berhak  memperoleh
              istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau
              bidan.

              4. Hak atas istirahat/cuti haid  Hak pekerja saat sedang datang bulan tercantum dalam pasal 93
              ayat dua butir b. Ketentuan juga menyatakan, pengusaha wajib membayar penuh upah pekerja.
              Berikut  bunyi  ketentuan  yang  tidak  diubah  dalam    UU  Cipta  Kerja    Omnibus  Law:    b.
              pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak
              dapat melakukan pekerjaan.

              5. Mungkinkah hak cuti dan istirahat bertambah?  UU Cipta Kerja  Omnibus Law mungkin bisa
              memberi tambahan cuti dan istirahat bagi buruh/pekerja. Namun kemungkinan bergantung pada
              kesepakatan  antara  buruh  dan  pemberi  kerja.  Berikut  bunyi  aturan  dalam  pasal  79  yang
              mengalami perubahan:  (5) Selain waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat
              satu, ayat dua butir satu, dan ayat tiga, perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang
              yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
              (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat lima
              diatur dengan Peraturan Pemerintah.

              (row/erd) .












                                                            3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9