Page 277 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 AGUSTUS 2021
P. 277

Timboel mengharapkan, ke depan, pemerintah serius dan proaktif memberikan perlindungan
              sosial bagi pekerja informal yang belum tersentuh bantuan. Perlindungan bagi pekerja informal
              semakin mendesak, terutama mengingat jumlah pekerja informal yang terus bertambah akibat
              terdampak pandemi.

              ”Jangan  sampai  program-program  ini  hanya  untuk  sekadar  ada  saja.  Bantuan  harus  tepat
              sasaran agar memberi nilai tambah, menggerakkan ekonomi, dan memberi rasa keadilan bagi
              masyarakat yang memang butuh,” kata Timboel, Jumat (13/8/2021), dalam diskusi ”Perluasan
              Kepesertaan Bantuan Subsidi Upah” yang diadakan daring oleh International Network for Social
              Protection Right.

              Pemerintah kerap beralasan bahwa pekerja informal tidak terdata sehingga penyaluran bantuan
              menjadi  sulit.  Namun,  sebenarnya,  sebagian  pekerja  informal  sudah  menjadi  anggota  BP
              Jamsostek dengan status peserta bukan penerima upah (BPU). Data BP Jamsostek, per tahun
              2021, ada sekitar 4 juta peserta BPU yang merupakan pekerja informal. Mereka antara lain terdiri
              dari pekerja rumah tangga (PRT), ojek daring, pedagang pasar, dan lain-lain.

              Koordinator  Sekretariat  Nasional  Jaringan  Buruh  Migran  (JBM)  Savitri  Wisnuwardhani
              mengatakan,  mayoritas  pekerja  migran  Indonesia  (PMI)  merupakan  buruh  perempuan  yang
              bekerja di sektor informal sebagai pekerja rumah tangga. Pemantauan JBM, dalam kurun waktu
              tiga bulan pertama pada tahun 2021, jumlah PMI yang bermasalah selama pandemi ada 3.217
              kasus.
              Tahun 2020, jumlah kasus yang menimpa PMI tercatat lebih tinggi, yakni 10.484 kasus. Sebagian
              besar kasus yang tercatat adalah gaji yang tidak dibayar, terkena pemutusan hubungan kerja
              (PHK), pemulangan ke negara asal, serta kasus pekerja migran yang meninggal.

              ”Jadi,  sebenarnya  bicara  perlindungan,  pekerja  migran  sangat  membutuhkan  perhatian
              pemerintah. Namun, sayangnya berbagai bantuan untuk pekerja, dari BSU, Kartu Prakerja, dan
              lain-lain, belum bisa diakses pekerja migran, karena kami tidak termasuk pekerja formal dan
              peserta penerima upah (PU) di BP Jamsostek,” kata Savitri.
              Akan dikaji

              Sekretaris  Ditjen  Pembinaan  Hubungan  Industrial  dan  Jaminan  Sosial  tenaga  Kerja  Andi
              Awaluddin  mengatakan,  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  berencana  menjadikan
              program BSU sebagai program yang berkelanjutan. ”Jadi, bukan hanya untuk sekali saat kita
              sedang terpuruk karena pandemi, tetapi kami usulkan ini jadi program berkelanjutan,” katanya.

              Ia mengatakan, pemerintah telah menerima masukan dari berbagai kalangan agar pekerja sektor
              informal  atau  peserta  BP  Jamsostek  berstatus  BPU  juga  bisa  mendapatkan  subsidi  upah.
              Berbagai masukan itu akan diteruskan ke Kementerian Keuangan sebagai penentu anggaran.

              ”Terkait pekerja informal ini menjadi pertimbangan untuk (kelanjutan program) ke depannya.
              Tentu kami juga harus mendiskusikan dari sisi pendanaan karena ini faktor krusial yang akhirnya
              menjadi pertimbangan kami dalam menetapkan standar penerima bantuan,” katanya.

              Ia mengatakan, tahun ini, Kemenaker sebenarnya sempat mengusulkan agar subsidi upah juga
              diberikan pada pekerja informal yang menjadi peserta BPU di BP Jamsostek. Usulan itu sudah
              diajukan sejak Januari 2021. Gambaran awalnya, selain kepada pekerja formal, BSU juga bisa
              diberikan pada sekitar 4 juta orang peserta BPU.

              Namun, karena keterbatasan anggaran, rencana itu tidak bisa dieksekusi. ”Kalau bantuan mau
              diberikan untuk semua (pekerja formal dan informal), dengan anggaran Rp 8,8 triliun itu, jumlah



                                                           276
   272   273   274   275   276   277   278   279   280   281   282