Page 327 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 AGUSTUS 2021
P. 327

Moeldoko pun  meminta hal  tersebut  turut  menjadi  perhatian  sejumlah kementerian/lembaga
              yang terlibat.
              “Kita  harus  bisa  memastikan  apakah  mereka  sudah  mendapatkan  vaksin  atau  belum,”  ujar
              Moeldoko.

              Berdasarkan  data  dari  BP2MI,  setiap  tahunnya  pada  masa  sebelum  pandemi,  Indonesia
              memberangkatkan lebih dari 200.000 PMI. Sejak tahun lalu, jumlah tersebut menurun, dimana
              pada  tahun  2020  PMI  yang  berangkat  sekitar  113.000  orang  dan  pada  tahun  2021  sampai
              dengan bulan Juni PMI yang berangkat hanya sekitar 36.000 orang.

              Sementara  untuk  kepulangan,  sejak  Januari  2021  sampai  dengan  Mei  2021,  tercatat  sekitar
              86.000 orang PMI pulang ke Indonesia. Sedangkan PMI yang habis kontraknya dari bulan Juni-
              Juli tercatat berjumlah sekitar 39.000 orang dan akan kembali ke Tanah Air.

              Selain PMI resmi, Pemerintah menghadapi kepulangan PMI yang terjadi secara non-prosedural.
              Angka kepulangan non-prosedural ini diprediksi lebih banyak daripada kepulangan PMI yang
              melalui jalur resmi.

              “Mereka itu kebanyakan dideportasi dikarenakan ilegal, overstay, terlibat pelanggaran hukum,
              ataupun  sakit.  Kepulangan  PMI  ini  jika  tidak  dikoordinasikan  dengan  baik,  berpotensi
              menimbulkan  lebih  banyak  masalah  baru  dalam  mengendalikan  penyebaran  COVID-19  di
              Indonesia,” kata Moeldoko.

              BP2MI sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan serta Dinas Kesehatan di
              daerah untuk pelaksanaan vaksinasi dan tes PCR bagi calon PMI yang akan berangkat. Selain
              itu, Kementerian Luar Negeri, Satgas COVID, BP2MI, dan pemerintah daerah telah melakukan
              prosedur kesehatan bagi WNI yang kembali ke Tanah Air, termasuk bagi PMI.

              Namun, banyaknya jumlah WNI yang pulang melalui titik debarkasi menimbulkan permasalahan
              terkait  ketersediaan  faskes,  terutama  pada  daerah-daerah  seperti  Batam  (Kepulauan  Riau),
              Entikong (Kalimantan Barat), dan Nunukan (Kalimantan Utara). Daerah-daerah tersebut memiliki
              keterbatasan dalam penyediaan tes, vaksinasi, karantina, dan perawatan, serta keterbatasan
              nakes, fasilitas, dan anggaran, jika dibandingkan dengan jumlah PMI yang melintas.

              Moeldoko juga mendapatkan laporan tentang kurangnya koordinasi antara Dinas Kesehatan di
              beberapa  daerah  dengan  Kementerian  Kesehatan  dalam  menjalankan  pelaksanaan  vaksin  di
              daerah-daerah.

              Salah satu contoh adalah beberapa Dinas Kesehatan di daerah tidak bersedia memberikan vaksin
              bagi calon PMI yang tidak memiliki KTP dengan alamat domisili setempat.

              Masalah ini sudah berusaha diselesaikan oleh Kemenkes dengan dilaksanakannya vaksinasi oleh
              UPT Kemenkes di daerah. Untuk itu, Moeldoko menginstruksikan agar Kemenkes dapat segera
              membuat surat kepada BP2MI, berisi tentang tata cara pelaksanaan pemberian vaksin bagi calon
              PMI,  agar  selanjutnya  dapat  dijadikan dasar  pembuatan  surat  edaran  ke  UPT-UPT  BP2MI di
              daerah.

              Moeldoko  juga  menekankan  agar  perencanaan  vaksinasi  diperkuat  dalam  pelaksanaannya
              dengan memperhatikan kondisi tiap-tiap daerah, titik pemberangkatan, titik kepulangan, dan
              kebijakan negara penempatan.






                                                           326
   322   323   324   325   326   327   328   329   330   331   332