Page 9 - SEJINDO PERT 3
P. 9

Modul Sejarah Indonesia  Kelas XI KD  3.1 dan 4.1


                          Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) 1870
                              Undang-undang  ini  merupakan  sendi  dari  peraturan  hukum  agraria  kolonial  di
                          Indonesia  yang  berlangsung  dari  1870  sampai  1960.  Peraturan  itu  hapus  dengan
                          dikeluarkannya  UUPA (Undang-Undang  Pokok Agraria tahun  1960) oleh  Pemerintah
                          Republik Indonesia. Jadi Agrarische Wet itu telah berlangsung selama 90 tahun hampir
                          mendekati  satu  abad  umurnya.Wet  itu  tercantum  dalam  pasal  51  dari  Indische
                          Staatsregeling, yang merupakan peraturan pokok dari undang-undang Hindia Belanda.
                              Menteri  jajahan  Belanda  De  Waal,  berjasa  menciptakan  wet  ini  yang  isinya,
                          antara lain sebagai berikut:
                              1.    Gubernur jenderal tidak boleh menjual tanah
                              2.    Gubernur  jenderal  boleh  menyewakan  tanah  menurut peraturan undang-
                                 undang.
                              3.    Dengan  peraturan undang-undang  akan  diberikan tanah-tanah dengan  hak
                                 Erfpacht, yaitu hak pengusaha untuk dapat menyewa tanah dari gubernemen
                                 paling lama 75 tahun, dan seterusnya.
                              Undang-undang  agraria  pada  intinya  menjelaskan  bahwa  semua  tanah  milik
                          penduduk Indonesia  adalah  milik pemerintah  kerajaan  Belanda.  Maka pemerintah
                          Belanda memberi mereka kesempatan untuk menyewa tanah milik penduduk dalam
                          jangka waktu yang panjang. Sewa-menyewa tanah itu diatur dalam Undang-Undang
                          Agraria tahun 1870. Undang-undang itu juga dimaksudkan untuk melindungi petani,
                          agar tanahnya tidak lepas dari tangan mereka dan jatuh ke tangan para pengusaha.
                          Tetapi seringkali hal itu tidak diperhatikan oleh pembesar-pembesar pemerintah.
                          Dengan  dibukanya  perkebunan  di  daerah  pedalaman,  maka  rakyat  di  desa-  desa
                          langsung berhubungan dengan dunia modern. Mereka mulai benar-benar mengenal
                          artinya uang. Mereka juga mengenal hasil bumi yang diekspor dan barang luar negeri
                          yang diimpor, seperti tekstil. Hal ini tentu membawa kemajuan bagi petani. Sebaliknya
                          usaha  bangsa  sendiri   banyak   yang  terdesak,   misalnya  usaha  kerajinan,   seperti
                          pertenunan menjadi mati. Di antara pekerja-pekerjanya banyak yang pindah bekerja di
                          perkebunan dan pabrik-pabrik. Karena adanya perkebunan- perkebunan itu, Hindia
                          Belanda menjadi negeri pengekspor hasil perkebunan.

                          Undang-Undang Gula (Suiker Wet)
                              Dalam  undang-undang  ini  ditetapkan  bahwa  tebu  tidak  boleh  diangkut  ke  luar
                          Indonesia,  tetapi  harus  diproses  di  dalam  negeri.  Pabrik  gula  milik  pemerintah  akan
                          dihapus  secara  bertahap dan diambil alih oleh pihak swasta. Pihak swasta juga diberi
                          kesempatan yang luas untuk mendirikan pabrik gula baru.
                              Sejak itu Hindia Belanda menjadi negara produsen hasil perkebunan yang penting.
                          Apalagi sesudah Terusan Suez dibuka, perkebunan tebu menjadi bertambah luas, dan
                          produksi gula juga meningkat.



















                                          Gambar : Pabrik gula (sumber https://klatenqta.wordpress.com/dulu-
                                                     dan-kini/pabrik-gula-gondang-baru/


                       @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN               25
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14