Page 54 - E-BOOK SEJARAH DAN BUDAYA INDONESIA
P. 54

Ruangan yang berada tepat di sudut belakang disebut "jabu bong", dihuni oleh anggota
               keluarga tertinggi di rumah tersebut atau "porjabu bong", dengan seorang istri dan anak-anak yang
               tidak sedikit. Ruangan ini sebelumnya dianggap paling sakral. Di dalam sudut kiri atas untuk
               berurusan dengan Jabu Bong dikenal sebagai "jabu soding", diperuntukkan bagi wanita yang sudah
               menikah namun belum memiliki rumah sendiri. Di bagian depan sudut kiri dikenal sebagai "jabu
               suhat", diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang berkeluarga. Dan di bagian luarnya adalah
               "slap plate" yang disediakan bagi tamu-tamu. Ketika satu keluarga besar membutuhkan tempat di
               antara dua ruangan atau jabu yang melekat, maka ruangan itu bertambah 2 lagi dan dinamai "jabu
               tonga ni-ronga jabu hue".

                       Setiap rumah tangga memiliki dapur sendiri, yang terletak di belakang rumah, dalam jenis
               bangunan tambahan. Di antara dua deretan ruangan yang ada di seluruh rumah merupakan daerah
               netral, yang dikenal sebagai danau dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah. Bangunan yang
               berbeda  seperti  halnya  sebuah  rumah  adalah  rumah  sopo,  yang  berasal  dari  gudang  untuk
               menyimpan, kemudian didiami. Variasi untuk rumah ini adalah sopo berlantai dua, hanya memiliki
               satu baris pilar dan ruang terbuka bawah tanpa dinding yang berfungsi untuk bermusyawarah,
               selain orang asing, dan tempat untuk bermain musik. Di depan rumah, terdapat ciri tradisional
               dengan rentang geografis dan motif spiral serta ornamen dalam jenis wanita menyusui yang juga
               dikenal sebagai "adep-adep". Ornamen ini melambangkan kesuburan dan kesatuan kehidupan.

                       Rumah yang pada dasarnya paling banyak dekorasi/hiasan disebut Gorga. Hiasan lain yang
               dikenal adalah motif pakis nipahu, dan rotan berduri yang juga dikenal sebagai mardusi terdapat
               pada dinding sebelah atas pintu masuk. Di sudut-sudut rumah, terdapat hiasan gajah yang dikemas
               secara padat, wajah bermotif binatang buas, memiliki maksud untuk melawan bencana. Demikian
               pula, pola binatang ornamen kadal, kepala singa, yang berarti untuk menafikan resiko sihir-sihir
               dari luar. Dekorasi ini adalah jenis ukiran yang diwarnai, namun ada juga yang bentuknya ilustrasi
               saja.

                       Rumah  tradisional  Batak  Toba  didasarkan  pada  pengoperasiannya  dapat  dibedakan
               menjadi  2,  yaitu  sebagai  rumah  yang  digunakan  untuk  penampungan  rumah  tangga  disebut
               "ruma", dan sebagai rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) yang dikenal
               sebagai Sopo. Pasokan yang disimpan ini termasuk kayu bangunan dengan pilar-pilar besar dan
               kokoh. Dinding terbuat dari papan, lantai juga dari papan, sedangkan atap terbuat dari serat. Jenis
               rumah tradisional Batak Toba secara tipikal adalah jenis atap melengkung dan tepian atap di depan.
               Benda Peninggalan suku Batak


               1. Lak-lak Batak

                       Lak-lak Batak adalah sebuah buku tua yang isinya menggambarkan keadaan orang Batak
               jaman dahulu kala. Buku ini di tulis dalam Aksara Batak. Keberadaan buku ini saat ini ada di
               museum Belanda. Adapaun isi dari buku ini antara lain adalah sebagai berikut:

                  Tentang Peraturan Adat Batak

                                                                                                           54
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59