Page 125 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 125
Kuperlihatkan milikku, yang lebih gempal dari miliknya namun
lebih sedikit jumlah seratnya.
Apakah kakimu pun berjari enam?
Sesungguhnya aku juga ingin bertanya: apakah batang
kemaluanmu berjumlah lebih daripada manusia biasa?
Ia telah membuka sepatunya.
Lalu kataku dengan takjub, “Menurutmu, yang dobel
adalah jari manis atau kelingking?”
Jemari kakinya membuat aku harus mencurigai kesan
pertamaku tentang tangannya. Semula aku yakin ia memiliki
jari manis berganda. Tapi janganjangan yang dimilikinya
adalah dua kelingking.
Ia menggeleng. “Ini bukan jari manis. Juga bukan keling
king,” katanya sambil menggerakgerakkan jari istimewa di
setiap tangan kaki. “Jarijari ini namanya… hu. Jari hu.”
Aku tersentak dan meminta ia mengulangi kembali nama
itu.
“Saya menyebutnya jari hu.”
“Fu atau hu?”
Ia mengangkat bahu dan alisnya. “Pada tangan ada yang
namanya tulang pengumpil. Mungkin baiknya jari ini namanya
pengupil saja. Haha. Tapi, katanya dari kecil saya menamainya
hu. Jadilah, jari hu.”
“Hu atau fu?” tegasku lagi.
Ia diam sebentar.
“Sebetulnya, dua bunyi itu bisa dekat sekali. Hu dan fu.
Kamu tahu, orang Jepang menyebut kohi untuk coffee.”
Tapi saat itu aku terlalu terhisap oleh satu hal. “Dari mana
kamu dapat nama itu?” Aku tak bisa menyembunyikan nada
memaksa.
Ia menggeleng tak tahu. “Kata paman, itu nama yang saya
sebut dari kecil.”
11