Page 377 - Bilangan Fu by Ayu Utami
P. 377

Pada  saat  itu—aku  malu  mengingatnya—aku  tidak  tahu
                 bahwa pernyataan tersebut sangat kontroversial. Maklumlah.
                 Aku menghabiskan seluruh waktu di duniaku sendiri. Kuliah­
                 ku—informatika,  jurusan  basa­basi—pun  tak  pernah  kuda­
                 tangi.  Tak  pernah  kuikuti  perkembangan  teori  evolusi.  Aku
                 hanya  tahu  bahwa  Darwin  mengatakan  kalau  manusia  itu
                 berevolusi  dari  monyet.  Darwin,  meski  meneliti  di  Amerika
                 Selatan, memakai perbandingan data dari naturalis lain yang
                 bekerja  di  dunia  sebaliknya:  kepulauan  Nusantara!  Alfred
                 Russel Wallace. Aku tahu ini karena aku pernah ikut ekspedisi
                 napak  tilas  jalur  Wallace.  Dari  pelajaran  sekolah,  aku  tahu
                 bahwa seorang sarjana bernama Eugene Dubois menemukan
                 Pithecantropus erectus, manusia kera yang berjalan tegak, di
                 pulau Jawa. Manusia kera ereksi ini adalah mata rantai evolusi
                 dari  periode  kera  kepada  periode  manusia.  Kalau  dipikir­
                 pikir, luar biasalah bahwa anak rantai yang hilang itu kok ya
                 ditemukan di Tanah Jawa! Apakah itu maksudnya: dari Taman
                 Firdaus di sekitar Afrika itu para monyet nenek­moyang kita
                 mengembara  sampai  ke  Tanah  Jawa,  dan  di  Gunung  Kidul
                 mereka  memutuskan  untuk  berubah  menjadi  manusia  dan
                 berdiri tegak? Hebat betul. Apa yang terjadi di Gunung Kidul
                 sehingga mereka, monyet­monyet itu, dapat ide untuk menjadi
                 manusia? Ratu Laut Selatan­kah yang memberi mereka wang­
                 sit untuk berjalan tegak?
                     Di  goa­goa  perbukitan  kapur  sepanjang  pantai  selatan
                 Jawa,  yang  sampai  hari  ini  masih  menjadi  tempat  sembunyi
                 burung siung dan kera­kera, manusia­manusia purba berteduh
                 dari hujan dan terik matahari. Ketika badai tiba, mereka ber­
                 gerombol  dan  menghangatkan  diri  di  dalamnya,  menatap  ke
                 arah  laut.  Ombaknya  gulung­gemulung  bersama  awan  gelap,
                 lalu  meluap  menggapai  mulut  goa.  Sejulur  lidah  gelombang
                 memercik, berpuntir tinggi, membentuk sosok makhluk agung
                 istimewa.  Makhluk  yang  berdiri  tegak  anggun.  Sosok  itu


                                                                        3
   372   373   374   375   376   377   378   379   380   381   382