Page 10 - e-modul bab 12 PAI
P. 10

Manusia  selain  dibekali  agama  dan  akal,  juga  diberi  nafsu  oleh
                   Allah SWT. Nafsu manusia pada dasarnya meliputi nafsu baik dan nafsu
                   buruk.  Dalam kehidupan sehari-hari,  manusia  jika  diberi kesenangan

                   maupun cobaan sering memiliki sikap yang berbeda.  Pada saat manusia
                   senang, mendapat nikmat dari Allah, mereka seharusnya bersyukur, dan
                   memperbanyak  amal  ibadahnya.    Tetapi  tidak  sedikit  manusia  yang
                   diberi  kesenangan  dan  kenikmatan,  justru  kufur  kepada-Nya.    Begitu
                   pula  pada  saat  memperoleh  cobaan,  orang  beriman  seharusnya
                   menyikapinya dengan sabar dan tawakal serta lebih  mendekatkan diri
                   kepada Allah SWT. Namun tidak sedikit orang yang mendapat cobaan
                   justru semakin menjauhkan diri dari Allah.  Sikap kufur, sombong, dan
                   menjauhkan diri dari Allah tersebut dikarenakan manusia dipengaruhi

                   oleh nafsu buruk yang ada pada dirinya. Allah SWT berfirman dalam al-
                   Qur‟an:

                                                                                              ِ
                                                                              ه َ     ا
                       ه َ     ا  َ  َ ِ    َو  , أ     ذإ ا             َ   أ      ر    ُ ل     ف            و         َ  ُ َ       ر    ف  ُ َْ  َ  َ ِ   اذإ           ن       ْا    َ  ف

                                                                    ْ
                                           ْ
                                                                           َ
                                                     ُ َ
                                                             َ
                                                                                                    َ
                                                                                         ُ ْ
                    ُ َْ
                                                       َ
                                                         ُ َ َ
                                                                ََُ
                                    َ
                                                َ
                                         ََ
                                                                                           َ
                                                                                         ِ
                                                                       ِ     َ   أ      ر    ُ ل     ف   ُ َ      زر      َ   ِ ْ         ر   ف
                                                                                  ُ َ
                                                                                                 َ ََ
                                                                                       َْ
                                                                                                َ َ
                                                                      َ َ
                                                                             َ
                    “Adapun manusia, apabila Tuhannya menguji, lalu ia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
                    kesenangan, maka ia akan berkata: Tuhanku telah memuliakanku. Namun apabila
                    Tuhannya  menguji,  lalu  membatasi  rezekinya,  maka  ia  berkata:  Tuhanku
                    menghinakanku” (Q.S. al-Fajr:15-16).

                          Allah  SWT  menyalahkan  orang-orang  yang  mengatakan  bahwa
                   kekayaan  itu  adalah  suatu  kemuliaan,  dan  kemiskinan  adalah  suatu
                   kehinaan,  seperti  dikemukakan  dalam  dua  ayat  di  atas.  Karena
                   sebenarnya  kekayaan  dan  kemiskinan  adalah  ujian  Allah  SWT  bagi
                   hamba-hamba-Nya.
                          Dengan demikian, jihad melawan musuh yang kelihatan, melawan
                   setan,  dan  melawan hawa  nafsu  yang  ada  pada diri  merupakan jihad
                   yang sifatnya kontekstual.  Lebih lanjut, Sabirin (2004) mengemukakan,
                   jihad zaman modern lebih bersifat kontekstual, yakni meliputi jihad di
                   bidang ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan.
                          Jihad  ekonomi  adalah  upaya  membebaskan  diri  dari  kemis-
                   kinan  sehingga  umat  Islam  menjadi  umat  yang  kaya.  Era  modern
                   ditandai  dengan  tingkat  kemakmuran  suatu  negara.  Fenomena  itulah
                   yang  perlu  kita  jihadkan,  sebab  Islam  bukan  identik  dengan  agama
                   orang  miskin  dan  kaum  papa.  Karenanya,  membebaskan  diri  dari

                   kemiskinan merupakan jihad ekonomi.
                          Berikutnya  adalah  jihad  ilmu.  Jihad  di  bidang  ilmu  sangat
                   perlu  diprioritaskan.  Menguasai  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi



                                                           9
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15