Page 61 - 01 Mencari Burung Biru
P. 61

Halo semuaa..                               Saya bukan
                      kenalkan... Saya Tsutsumibayashi        berasal dari keluarga kaya, sebaliknya
                     Kazue. Saya seorang pedagang yang        keluarga saya sangat miskin, sehingga
                   sukses. Berawal dari sebuah toko yang      saya terpaksa putus sekolah. Tapi saya
                     saya buka bernama Nanyo Shokai di         tidak putus asa. saya kerjakan semua
                    tahun 1909 di Semarang, Saya berhasil     yang saya bisa kerjakan, seperti menjadi
                     mengembangkan usaha dan membuka          guru, pegawai penjara dan bahkan sipir
                    jaringan toko di Hindia Belanda. Tapi       penjara di Taiwan (saat itu jajahan
                     saya tidak hanya membuka jaringan                    Jepang).
                    toko. Saya juga membuka perkebunan
                      di daerah Nyamul, Jorogan, dan
                           Ambul Jawa Timur.
                                                               Saya punya mimpi menjadi
                                                         pedagang yang berhasil, karena itu saya
                                                       belajar bahasa pedagang (Cina Fukien) agar
                                                         dapat bergaul dan belajar dengan para
                                                       pedagang lainnya. Karena keahlian bahasa ini,
                                                       saya mendapat tawaran bekerjasama dengan
                                                         seseorang pedagang bernama Kakushun.
                                                           Selanjutnya saya datang ke Hindia
                                                         bersama lima belas pemuda dari Jepang
                                                            yang saya pilih dari 200 pemuda
                                                                   yang melamar.


                                                        Kami berlabuh                     1
                                                     di Semarang dan mulai
                                                    membuka toko kelontong
                                                     dan berdagang keliling       Hasil Kerajinan
                                                    untuk memperluas pasar.       berupa keramik
                                                       Barang yang kami
                                                      jajakan antara lain:
         50
                                                                           2  Obat-obatan
           Literasi Nasional                                                        Benda-benda   3

                                                                                     Kain dan
                                                                                      produk
                                                                    4
                                                               Selanjutnya usaha      tekstil
                                                                kami berkembang.



                                                                           Puncaknya pada 1919. Saat
                                                                            itu kami memiliki 38 toko
                                                                            cabang yang tersebar di
                                                                           kota-kota besar dan kota
                                                                            kecil di seluruh pelosok
                                                                                 Indonesia.




                                                               Kami mempekerjakan
                                                        sebanyak 127 orang Jepang dan lebih
                                                        banyak lagi orang lokal (pribumi), kami
                                                      juga memiliki tanah seluas 30 ribu hektar,
                                                      beberapa gudang dan aset yang mencapai 15
                                                     juta Yen. Namun usaha kami mulai mengalami
                                                         kebangkrutan di tahun 1928 seiring
                                                        dengan resesi ekonomi yang melanda
                                                                 seluruh dunia.
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66