Page 56 - 01 Mencari Burung Biru
P. 56

Seorang pionir
                    toko Jepang di Hindia
                    Belanda, Ishii Taro,
                      menggambarkan
                     dalam catatannya,
















                            …Sebelum mulai menyebarnya toko-toko kelontong,
                            yang kemudian disebut sebagai toko-toko Jepang di
                            Hindia Belanda, pada awal mula (kegiatannya)
                               dimulai dengan cara dagangan keliling.

                          Sesuai perhitungan mereka, jika menyewa sebuah
                            warung kecil akan memperbesar akumulasi
                                                                                                  45
                            barang dagangan mereka, para pemuda
                                                                                                    BUKU 1  |  Mencari Burung Biru
                         Jepang akan mengawali aktivitas dagang toko
                          Jepangnya dengan melakukan perjalanan
                           secara keliling ke pelosok-pelosok desa.

                        Mereka pergi berkeliling dengan membawa
                          pikulan yang berisi sederetan barang-
                       barang dagangan. Daerah-daerah tujuan
                        mereka belum ditemukan sebelumnya.


                 Mereka hanya menuju daerah yang diperkirakan
                   sesuai untuk tujuan dagang mereka. Sampai
                malam hari beberapa toko Jepang ini masih dibuka
                 dan diterangi oleh kerlap-kerlip lampu minyak
              sehingga membuat deretan mainan-mainan, produk
              tekstil, barang-barang kelontong dari Jepang yang
               digelar berkilauan. Tempat-tempat ini menjadi
             tempat berkumpulnya  orang-orang dari pelososk
              kota atau desa setempat. Mereka terdiri dari
              orang-orang terkenal sampai pekerja kasar.
                         (catatan Ishii Taro,

                seorang pionir toko Jepang di Indonesia)



            Sumber Astuti, Meta Sekar Puji dalam Apakah Mereka Mata-Mata? Orang-orang
            Jepang di Indonesia (1868-1942), Penerbit Ombak, 2008.
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61