Page 14 - EMODUL - PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
P. 14

BAB 1


                                 PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL




                        A.  Pengertian Citra Digital

                               Kata citra diartikan sebagai suatu fungsi intensitas cahaya dua dimensi, yang

                        dinyatakan oleh f(x,y), di mana nilai atau amplitudo dari f pada koordinat spasial


                        (x,y)  menyatakan  intensitas  (kecerahan)  citra  pada  titik  tersebut  (Gonzalez  dan

                        Woods, 2008). Citra juga merupakan suatu representasi (gambaran), kemiripan atau


                        imitasi dari suatu objek atau benda. Citra sebagai keluaran dari sistem perekaman

                        data objek, dapat bersifat optik (foto), sinyal analog (video) maupun data digital


                        yang tersimpan pada sebuah media. Citra Analog merupakan data citra yang bersifat

                        kontinu seperti gambar bergerak atau video yang terekam dalam pita kaset. Citra


                        analog perlu dikonversi ke Citra Digital terlebih dahulu agar dapat diolah lebih

                        lanjut dengan komputer. Citra Digital merupakan data citra yang merepresentasikan


                        besar intensitas warna dan/atau keabuan tiap piksel penyusun citra dalam besaran

                        digital biner (0/1).

                               Pencitraan  (Imaging)  merupakan  proses  untuk  mentransformasikan  data


                        citra  analog  menjadi  data  citra  digital  (digitalisasi  citra).  Peralatan  yang  dapat

                        digunakan untuk pencitraan;


                        1)  Kamera digital

                        2)  Kamera konvensional dan konverter analog to digital


                        3)  Scanner, CCTV dll.

                               Istilah  pengolahan  citra  digital  menyatakan  “pemrosesan  gambar

                        berdimensi-dua  melalui  komputer  digital”  (Jain,  1989).  Menurut  Efford  (2000),


                                                                                                    14
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19