Page 22 - Pujianto Hari Wibowo-200020048-Modul Flipbook (1)_Neat
P. 22
Modul Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.5 dan 4.5
5) Jawa Hokokai
Gambar : Anggota Jawa Hokokai Sumber : Kompas.com
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik,
tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai
tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia
semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-
16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang
diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk
menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan
persatuan dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin.
Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya terhadap
pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud
memuat tiga hal:
1) mengorbankan diri,
2) mempertebal persaudaraan, dan
3) melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai
berbeda dengan Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi
resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai
sampai pimpinan daerahnya langsung dipegang oleh orang Jepang.
Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya
adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah (syu/shu)
dipimpin oleh Syucokan/Shucokan dan seterusnya sampai daerah
ku (desa) oleh Kuco (kepala desa/lurah), bahkan sampai gumi di
bawahpimpinan Gumico. Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki
alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai tingkat
rukun tetangga (Gumi atau Tonarigumi). Tonarigumi dibentuk
untuk mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-
kelompok yang terdiri atas 10-20 keluarga. Para kepala desa dan
kepala dukuh serta ketua RT bertanggung jawab atas kelompok
masing-masing. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai
sebagai berikut:
1) melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi
pemerintah
2) Jepang
3) memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan
4) semangat persaudaraan, dan
@2022 Universitas Adi Buana Surabaya 16