Page 78 - Al Ashri Cover Ok.cdr
P. 78
RENUNGAN
Penyelam
Penyelam
Penyelam
Semanis-manis hidup dan sepahit-pahit kematian adalah pelajaran. Hidup dan mati ibarat kuota.
Akan ada habisnya kuota itu. Hari ini kita memandikan siapa, mengafani, menyalati, mengusung
keranda, dan menguburkan siapa, esok bisa jadi giliran kita.
Begitulah. Manusia akan mengalami dua kali kematian dan dua kali kehidupan. Awalnya manusia
mati, lalu hidup, kemudian mati lagi, hidup lagi, lalu pulang ke kampung akhirat. Itulah cetak biru
kehidupan manusia seperti yang disebut QS. Al-Mu'min [40] : 11 dan QS. Al-Baqarah [2] : 28.
Hidup ibarat arena menyelam, manusia sang Segeralah dia pulang untuk menyetorkan
penyelam itu, dan dunia lautannya. Tabung mutiaranya.
oksigen, itulah umurnya. Setiap orang diberi Bagaimana dengan penyelam yang pandir?
bekal tabung oksigen yang sama, punya misi
Pembaca pasti tahu jawabannya.
yang sama, dan wilayah menyelam yang sama.
Bedanya, hanya soal kapan dia mulai Begitulah illustrasi hidup dunia bagai
penyelam. Banyak orang yang terbelalak saat
menyelam, dan kapan dia harus naik ke
sedang bersenang-senang di dunia, tiba-tiba
permukaan. Jika diibaratkan, mutiara yang
dicari, itulah amal salih. Jika diibaratkan ajalnya tiba. Sementara dia baru sadar bahwa
dia belum punya apa-apa. Pahala shalatnya
pemandangan keanekaragaman hayati bawah
kosong, kantung pahala zakatnya kempis,
laut, itulah godaan duniawi.
tabungan pahala puasanya nihil, apalagi pahala
Orang yang mawas diri dan paham hakikat
haji dan umrohnya.
hidup adalah penyelam yang paham untuk apa
Barulah dia sadar bahwa hidupnya akan
dia menyelam. Sementara, orang yang tidak
mengerti hakikat hidup, dialah penyelam yang segera berakhir tanpa amal. Barulah dia
tersentak bahwa selama ini hidupnya
tidak memahami untuk apa dia menyelam.
dihabiskan untuk foya-foya, sibuk dalam hiruk-
Perbandingan ekstrimnya, orang yang beriman
kepada Allah adalah penyelam yang cerdas. pikuk kesenangan duniawi, pesta yang
memabukkan akal budi, lupa bahwa pesta akan
Sementara mereka yang ingkar seperti
berakhir. Persis seperti penyelam yang sibuk
penyelam yang pandir.
dengan terumbu karang yang indah, warna-
Penyelam yang cerdas hanya punya satu
warni ikan yang memesona, dan panorama
misi, yaitu mengumpulkan mutiara sebanyak-
biota laut yang memukau. Dia sama sekali lupa
banyaknya. Namun, di tengah kesibukannya pada mutiara yag semestinya dia cari sebanyak-
mengumpulkan mutiara-mutiara itu, dia masih
banyaknya.
sempat menikmati panorama terumbu karang,
warna-warni ikan yang indah, taman laut yang Saat dia dipanggil pulang, ia merengek minta
ditangguhkan ajalnya sekadar untuk satu rakaat
memesona dan sebagainya. Panorama itu
shalat, sekadar untuk sekeping sedekah,
hanya dilihatnya sekilas saja. Sekadar melepas
lelah dan jenuh mencari mutiara. Saat jiwanya sekadar untuk sehari berlapar dahaga puasa,
dan untuk semua hal kebajikan yang dia
sudah lagi tegar dan terhibur, dia kembali fokus
lupakan selagi muda, selagi sehat, selagi kaya,
pada mutiaranya. Hingga pada saat isi tabung
oksigen di punggungnya mulai menipis, jatah dan selagi lapang.
hidup di bawah air akan segera habis, sudah Semoga kita menjadi penyelam yang cerdas.
sekian banyak mutiara yang dia kumpulkan. [Abdul]
76 Al Ashri edisi 48