Page 131 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 131

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA




                Barat  pada  saat  menuju  jalan  kecerdasan.  Berikut  pendapat
                Soetomo:

                         “...Jangan  sampai  kita  juga  ikut  merasakan  beberapa
                        “kesedihan dan kesakitan” masyarakat seperti di Eropa, yang
                        waktu  itu  sedang  sibuk  mencari  jalan  baru,  untuk
                        melenyapkan  pengaruh  intelektualisme,  yang  wujud  dan
                        akibatnya  sungguh  merusak.  Di  mata  internasional
                        kecerdasan  kita  masih  terbelakang  sekali.  Hal  ini  dapat
                        menguntungkan  kita  juga  agar  kita  waspada  dan  bijak.
                        Bukankah  didalam  evolusi  kita  dapat  melompati  beberapa
                        fase  tingkat  kecerdasan  itu,  yang  di  barat  dialami  pahit  dan
                        getirnya?  Seandainya  kita  sebagai  bangsa  sudah  mampu
                        membuat atau membeli kapal terbang, tentu kapal yang lebih
                        modern  akan  menjadi  pilihan  kita.  Sedangkan  bahaya,
                        kesulitan, dan kecelakaan akibat kapal terbang yang kuno tak
                                                                  62
                        akan menjadi pengalaman dan resiko kita”.


                        Begitu pula halnya dengan isu pendidikan. Menurut Soetomo,
                pendidikan Barat yang diselenggarakan di Indonesia oleh pemerintah
                kolonial  sebenarnya  sudah  terlihat  sejak  awal  kekurangan  dan
                kesalahannya. Untuk itu, Soetomo mendukung gagasan Taman Siswa
                yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Menurutnya, menekankan
                gagasan  pendidikan  pada  produk  Barat  seperti  intelektualisme,
                individualisme, egoisme, dan materialisme memang penting. Namun,
                jika  hanya  aspek  tersebut  yang  ditekankan,  niscaya  hanya  akan
                menciptakan  generasi  bangsa  yang  hanya  cakap  berfikir  tanpa
                diimbangi  dengan  nilai-nilai  luhur  sebuah  bangsa.  Dalam  konteks
                inilah Soetomo mendukung konsep pendidikan Taman Siswa, karena
                sangat  mengadopsi  nilai-nilai  luhur  bangsa  Indonesia.  Kekurangan
                dalam  pendidikan  Barat  yang  dimaksud  Soetomo  adalah  tidak
                disertakannya nilai-nilai luhur atau kebudayaan lokal tersebut dalam
                peroses mendidik. Penyertaan pelajaran-pelajaran yang diadopsi dari
                kearifan  lokal,  menurutnya,    dapat  dijadikan  penutup  dari
                kekurangan  konsep  pendidikan  Barat.  Ia  mencatat  antara  lain



                                                                                 121
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136