Page 185 - Tokoh Pemikir Karakter Bangsa
P. 185

TOKOH PEMIKIR KARAKTER BANGSA




                sejumlah orang Indoneia kemudian bisa melanjutkan pendidikan ke
                jenjang  lebih  tinggi,  tepatnya  MULO  (Meer  Uitgebreid  Lager
                Onderwijs)  sejak  1914,  AMS  (Algemeene  Middelbare  School)  sejak
                1919,  dan  kemudian  HBS  (Hoogere  Burger  School),  yang  bisa
                menghantarkan  mereka  memasuki  jenjang  perguruan  tinggi  di
                         13
                Belanda.
                        Demikianlah,  pembaruan  kebijakan  pemerintah  kolonial
                bidang  pendidikan  ini    menjadi  satu  sarana  penting---di  samping
                sejumlah perbaikan  lain  dalam  kerangka  politik  etis---  bagi  lahirnya
                masyarakat  Indonesia  terdidik.  Data  statistik  menunjukkan  tingkat
                peningkatan  yang  berarti  mereka  yang  memperoleh  pendidikan
                formal  setingkat  sekolah  dasar.  Pada  1900,  hanya  265.940  anak
                Indonesia  yang  tercatat  mengenyam  pendidikan  di  sekolah  swasta
                dan pemerintah. Pada 1930-an, angka itu meningkat menjadi 1, 66
                juta  orang.  Jumlah  orang  Indonesia  yang  belajar  dalam  sistem
                sekolah  Eropa  di  bawah  tingkat  universitas  berkisar  84,  609  orang,
                sementara  di  tingkat  perguruan  tinggi  tercatat  hanya  sekitar  178
                       14
                orang.   Angka  tersebut  tentu  saja  tidak  berarti  banyak  bila
                dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia saat itu  ---sekitar
                2,8  persen  untuk  tingkat  dasar,  0,14  persen  untuk  tingkat  lanjutan
                sebelum  universitas,  dan  hanya  3/1.000.000  orang  untuk  tigkat
                perguruan  tinggi.  Namun  demikian,  justru  mereka  itulah  yang
                kemudian  menjadi  elit  Indonesia,  yang  memiliki  kontribusi  sangat
                berarti  dalam  sejarah  Indonesia  kemudian.  Oleh  karena  itu,
                pendidikan kemudian menjadi satu sarana paling efektif bagi proses
                mobilitas  vertikal  masyarakat  Indonesia  di  tengah  suasana  baru
                modern yang diperkenalkan kolonial. Lembaga pendidikan, tepatnya
                pendidikan  modern,  telah  meratakan  jalan  bagi  tumbuhnya
                kelompok  elit  yang  secara  kultural  sangat  akrab  dengan  gagasan-
                                 15
                gagasan modern.
                        Hal  tersebut  merupakan  fenomena  baru  dalam  dunia
                pendidikan  di  Indonesia  secara  umum.  Dan  selanjutnya,  kalangan
                terpelajar  itulah  yang  memainkan  peran  penting  dalam  mewarnai
                perubahan  pendidikan  Indonesia  di  era  selanjutnya.  Dengan



                                                                                 175
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190