Page 117 - Sejarah Pendidikan di Kota Surabaya
P. 117

orang. Setiap tahun jumlah siswi

                  Madrasah Mu’allimat NU semakin

                   meningkat karena sekolah yang di

                  peruntukkan perempuan muslim
                  pada waktu itu tergolong jarang.



                                                             Banyaknya  murid  yang  mendaftar di  Madrasah

                                                             Mu’allimat,  membuat  gedung  yang  berada  di
                                                             jalan  Kawatan  tidak  mampu  menampung  para

                                                             calon siswi. Maka pada tahun 1956, diadakanlah

                                                             pertemuan  antara  Ketua  Tanfidziyah,  Ketua

                                                             Muslimat NU, KH. Abdul Aziz Dijar dan KH. Abdul
                                                             Wahab  Turcham  untuk  membahas  masalah

                     Penandatanganan prasasti oleh pendiri TPP   tersebut.  Pertemuan  tersebut  memutuskan
                          NU KH. Abdul Wahab Turcham
                                                             untuk mencari sebidang tanah yang digunakan
                  untuk pembangunan gedung baru. Maka saat itu dipilihlah tanah yang berada di Ketintang

                  (nama saat itu), tanah tersebut kemudian oleh Gubernur Jawa Timur Samadikun diserahkan

                  kepada NU melalui Residen Surabaya Ki Mas Ngabei Subekti.



                  Tahun 1960, pusat kegiatan Madrasah Mu’allimat NU berpindah dari Jl. Kawatan VI/7 ke Jl.
                  Wonokromo  no.  82  Surabaya  (sekarang  Jl.  Jend.  A.  Yani  2-4  Surabaya)  dan  menempati

                  gedung  baru.  Jumlah  murid  pun  bertambah,  ditahun  tersebut  jumlah  murid  Madrasah

                  Mu’allimat NU menjadi kurang lebih 212 orang dan semakin dikenal oleh masyarakat luas.
                  Sejak saat itu Madrasah Mu’allimat dikenal dengan nama Taman Pendidikan Guru (TPG) NU.

                  TPG  NU  mulai  memperluas  jangkauan  pendidikannya,  dari  TK  (Taman  Kanak-Kanak),  SD

                  (Sekolah  Dasar),  SMP  (Sekolah  Menengah  Pertama),  SMA  (Sekolah  Menengah  Atas),  SPG

                  (Sekolah  Pendidikan  Guru)  atau  Mu’allimat.  Seiring  dengan  adanya  perluasan  jenjang

                  pendidikan,  maka  sekitar  tahun  1965  nama  Madrasah  Mu’allimat  NU  berubah  menjadi
                  Taman  Pendidikan  Putri  (TPP)  NU,  perubahan  tersebut  dimaksudkan  untuk  memenuhi

                  kebutuhan  yang  sesuai  dengan  perkembangan  pendidikan  saat  itu.  Berdirinya  6  jenjang

                  pendidikan  tersebut  diikuti  dengan  menanamkan  ajaran  Islam  sesuai  ahlussunnah
                  waljamaah  (golongan  yang  menjalankan  sunnah  Rasulullah  dengan  penekanan  pada

                  peneladanan  peri  kehidupan  Rasulullah  Muhammad  SAW)  dengan  sistem  yang  modern.

                                                                                                         111
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122