Page 202 - REMPAH, JALUR REMPAH, DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
P. 202

192     REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA



              dibawa ke Malaka, Johor, Patani dan Gresik yang berasal dari Jambi dan di

              samping  itu  orang-orang Tionghoa juga  membawa  sejumlah  besar lada  ke
              Tiongkok. Jambi merupakan pelabuhan lada yang terkenal sebelum Banten,
              dan bisa memasok antara 40 dan 50 ribu karung setiap tahun. 188

                 Banten juga membeli sebagian ladanya dari Jambi. Orang Portugis, Jawa dan
              Tionghoa sejak saat itu menjadi pembeli biasa. Akhirnya  Jambi menawari orang

              Belanda dan Inggris untuk menghindari monopoli Aceh dan Banten. Lada di
              Jambi diperoleh dari Minangkabau yang diangkut lewat sungai Indragiri, Kampar
              dan Jambi. Penguasa Minangkabau adalah raja, lada,  dan emas. Ketika situasi
              politik di Indragiri semakin kacau karena pertarungan suku-suku pedalaman
              melawan penguasa pantai kecil, hanya sungai Kampar dan Batanghari yang
              benar-benar bisa dipertimbangkan untuk mengangkut lada. Demi hukum dan
              ketertiban di Jambi atau bila harga di sana tidak memuaskan, maka sungai

              Kampar digunakan. Namun pada zaman normal di abad XVII sungai Batanghari
              digunakan meskipun tampak bahwa sekitar akhir abad XVI sungai Kampar lebih
              disukai. Palembang memperoleh sedikit lada dari dataran tinggi ini.

                 Lada tumbuh di pedalaman yang terletak di tengah pedalaman Sumatera,
              di tempat pemukiman Minangkabau, mereka menyetorkan produknya melalui

              berbagai sungai dan menjualnya kepada orang asing dengan menukarkannya
              dengan barang-barang yang mereka butuhkan seperti: kain, garam dan berbagai
              kebutuhan, mulai dari pantai barat sampai Pariaman, Tiku dan tempat-tempat
              lain. Dari situ produk-produk yang bagus diangkut, sampai pantai timur di
              Palembang, Jambi, Indragiri, Kampar dan tempat-tempat lain. Tampaknya
              sungai Jambi merupakan yang terbaik letaknya bagi mereka, sehingga komoditi
              itu diangkut dengan kapal dengan ukuran yang laing besar dari sana.


                 Jambi hanya penting karena ladanya, karena pasokan beras dan garam,
              Jambi harus tergantung pada impor dari tempat lain yang dibawa oleh orang
              Jawa. Pada 1636  ada rencana untuk  memperluas lahan  penanaman  padi,
              tetapi penduduk Minangkabau lebih menyukai pada usaha penanaman lada
              yang lebih menguntungkan sehingga rencana itu tidak terwujud. Pertanian

              188  P.A. Tiele, “De europeers in den Maleischen Archipel, hlm, 283-286.
   197   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207