Page 40 - Otomatisasi Tata Kelola Kepegawaian
P. 40

[OTOMATISASI TATA KELOLA KEPEGAWAIAN]  November 10, 2020




                                              RANGKUMAN






                        Menurut  rumusan  Pasal  1  Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974
                        tentang  Perkawinan,  Perkawinan  adalah  ikatan  lahir  dan  bathin
                        antara  seorang  pria  dengan  seorang  wanita  sebagai  suami  isteri
                        dengan  tujuan  membentuk  keluarga  (rumah  tangga)  yang  bahagia
                        dan  kekal  berdasarkan  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa.  Dasar  hukum
                        perkawinan  bagi  pegawai,  yakni  Peraturan  Pemerintah  Nomor  10
                        tahun  1983  tentang  izin  perkawinan  dan  perceraian  bagi  Pegawai
                        Negeri  Sipil  sebagai  mana  telah  dirubah  dengan  Peraturan
                        Pemerintah Nomor 45 tahun1990. Ketentuan perkawinan bagi pegai
                        meliputi:  a.Pegawai  Negeri  yang  akan  melangsungkan  perkawinan
                        pertama, wajib memberitahukannya secara  tertulis kepada Pejabat
                        melalui  saluran  hierarki  dalam  waktu  selambat-lambatnya  1  (satu)
                        tahun setelah perkawinan itu berlangsung, hal ini berlaku juga bagi
                        Pegawai  Negeri  Sipil  yang  telah  menjadi  duda/janda  yang
                        melangsungkan perkawinan lagi b.Pegawai Negeri Sipil wanita tidak
                        diizinkanuntuk menjadi istri kedua/ketiga/keempat c.Pegawai Negeri
                        Sipil dilarang hidup bersama dengan wanita yang bukan istrinya atau
                        dengan pria yang bukan suaminya sebagai suami istri tanpa ikatan
                        perkawinan  yang  sah.      Azas-azas  (prinsip-prinsip)  yang  berkaitan
                        dengan  perkawinan  pegawai  sesuai  Undang-Undang  No.1  Tahun
                        1974,  meliputi:  a.Tujuan  perkawinan  adalah  membentuk  keluarga
                        yang  bahagia  dan  kekal.  Untuk  itu  suami  isteri  perlu  saling
                        membantu       dan    melengkapi,      agar    masing-masing       dapat
                        mengembangkan        kepribadiannya      membantu       dan    mencapai
                        kesejahteraan spiritual dan materiil; b.Suatu perkawinan adalah sah
                        bilamana dilakukan menurut hukum agamanya dan kepercayaannya,
                        dan  tiap-tiap  perkawinan  harus  di  catat,  menurut  peraturan
                        perundangundangan  yang  berlaku;  c.Menganut  azas  monogamy;
                        d.Calon  suami  isteri  harus  telah  masak  jiwa  raganya  untuk  dapat
                        melangsungkan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan
                        perkawinan  secara  baik  tanpa  berakhir  pada  perceraian  dan
                        mendapat keturunan yang baik dan sehat; e.Mempersulit terjadinya
                        perceraian.  Untuk  memungkinkan  perceraian,  harus  ada  alas
                        analasan tertentu serta harus dilakukan di depan siding pengadilan;
                        f.Hak  dan  kedudukan  isteri  adalah  seimbang  dengan  hak  dan





                                                                                               37
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45