Page 26 - konpers Efepoetin Alfa
P. 26
Judul : Pentingnya Pemicu Sel Darah Merah Bagi Penderita Gagal Ginjal
Nama Media : idnews.co.id
Tanggal : 25 Januari 2020
Halaman/URL: https://www.medcom.id/nasional/daerah/GNGjOPQK-bpom-sita-172-
532-obat-keras-di-tangerang
Tipe Media : Media Online
IDNEWS.CO.ID – Masalah
anemia juga sering dialami oleh
penderita ginjal kronis atau juga
dikenal dengan gagal ginjal. Ini
terjadi karena pada pasien gagal
ginjal, tubuh tidak lagi bisa
memproduksi sel darah merah
secara optimal.
“Sel darah merah kan diproduksi
di sumsum tulang belakang untuk
bisa memproduksi itu membutuhkan Eritropoitin. Dan biasanya pada penderita gagal
ginjal itu sel darah merahnya banyak yang rusak atau keluar,” ungkap Direktur Kalbe
Farma Sie Djohan saat ditemui, di kantornya, Jumat 24 Januari 2020.
Sementara, lanjut Djohan, pada penderita gagal ginjal, kadar Eritropoitin tidak
mencukupi untuk memproduksi sel darah merah. Oleh karena itu butuh obat untuk
memicu pembentukan itu.
Djohan menjelaskan, bahwa saat ini pihaknya juga telah mengembangkan obat
Efepoetin Alfa yang sudah memasuki fase uji klinik fase 3 untuk menguji apakah obat
telah memiliki efektifitas dan aman untuk digunakan. Ia menjelaskan bahwa saat ini
memang telah ada obat serupa, dengan intensitas pemakaian satu hingga dua kali
sehari.
“Produk yang sekarang ada bentuknya injeksi, itu kadang-kadang produknya bisa tiap
hari atau dua kali sehari jadi sering, karena itu ada yang mengembangkan produk
yang pemakaiannya nya lebih lama, nah ini salah satu produk yg punya efek lebih
lama jadi bisa dua Minggu sekali atau sebulan, bentuknya adalah injeksi,”kata Djohan.
Rencananya, obat ini akan mulai beredar di pasaran sekitar tahun 2020 setelah
melalui serangkaian uji klinis. Djohan mengatakan bahwa dengan diproduksinya obat
ini akan memperbaiki kualitas hidup penderita gagal ginjal.
“Ya tentunya kualitas hidup akan jauh lebih baik, karena kalau tidak diberikan obat ini
akan berat dan kualitasnya akan turun drastis dan umur harapan hidupnya akan
rendah,” kata Djohan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan juga turut mengawal proses uji klinik fase 3 ini
untuk menjadi dasar pemberian ijin edar. Hal ini disampaikan oleh Penny K. Lukito,