Page 4 - Mapom III_Juli-September 2020_04_Neat
P. 4

Tanya



          HaloBPOM







                               T   Apakah ada mekanisme percepatan untuk pendaftaran obat COVID-19?
                               J   Badan POM mendukung ketersediaan obat dalam kondisi pandemi COVID-19 yaitu dengan percepatan
                                   registrasi  obat  dan  produk  biologi  melalui  upaya  simplifikasi  persyaratan  registrasi,  prioritas  penilaian
                                   melalui jalur fast track khusus untuk obat yang digunakan dalam penanganan COVID-19.
                                   Badan POM memberlakukan timeline registrasi paling lama 6 jam untuk Pra Registrasi, 20 Hari Kerja (HK)
                                   untuk registrasi obat baru dan PB, serta 5 HK untuk registrasi obat generik. Percepatan pemberian izin
                                   edar yang dilakukan ini dalam skema Emergency Use Authorization (EUA), dengan pertimbangan risk and
                                   benefit serta dilakukan peninjauan kembali jika didapatkan data baru. Badan POM tetap berupaya menjaga
                                   keamanan obat beredar dalam kondisi darurat.
                               T   Apakah ada peraturan khusus tentang prosedur percepatan registrasi obat COVID-19?
                               J   Untuk mendukung percepatan ketersediaan obat di Indonesia untuk penanggulangan kedaruratan
                                   kesehatan masyarakat, Badan POM memberikan persetujuan penggunaan darurat (emergency use
                                   authorization) dengan mengacu pada Peraturan BPOM No. 27 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas
                                   Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 24 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Tata
                                   Laksana Registrasi Obat.
                                   Badan  POM  juga  melakukan  percepatan  registrasi  obat  dan  produk  biologi  melalui  upaya  simplifikasi
                                   persyaratan registrasi, prioritas penilaian melalui jalur fast track khusus untuk obat yang digunakan dalam
                                   penanganan COVID-19 dengan mengacu pada Keputusan Kepala BPOM RI Nomor HK.02.02.1.2.03.20.134
                                   Tahun 2020 tentang Penetapan Pedoman Obat dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

                               T   Bagaimana persyaratan percepatan pendaftaran untuk Vaksin COVID-19 (Emergency Use Authorization)
                                   sesuai  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  99  Tahun  2020  tentang  Pengadaan  Vaksin  dan  Pelaksanaan
                                   Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19)?

                               J   Pada dasarnya persyaratan pendaftaran untuk obat dan vaksin adalah sama, namun desain studinya yang
                                   berbeda tergantung produknya. Persyaratan  pendaftaran  mengacu pada Peraturan BPOM Nomor 27
                                   Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
                                   24 Tahun 2017 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat.
                                   Badan POM berhak untuk meninjau kembali/mengevaluasi kembali aspek khasiat, keamanan dan mutu
                                   obat yang didaftarkan, jika ditemukan bukti baru terkait khasiat, keamanan, dan mutu obat tersebut.

                               T   Apakah benar ada obat COVID-19 yang telah memiliki nomor izin edar di Indonesia? Apakah obat tersebut
                                   dapat diberikan untuk Orang Tanpa Gejala (OTG)?

                               J   Saat ini telah ditemukan beberapa obat yang terbukti melalui uji klinik menunjukkan kemanfaatannya
                                   dalam menyembuhkan pasien COVID-19, yaitu Favipiravir dan Ramdesivir.
                                   Favipiravir digunakan dalam pengobatan pasien derajat ringan dan sedang yang dirawat di rumah sakit
                                   serta  Remdesivir untuk pasien  derajat berat yang dirawat di rumah sakit. Sejak 3 September 2020,
                                   Badan POM telah menerbitkan izin penggunaan dalam kondisi darurat (Emergency Use Authorization/EUA)
                                   Favipiravir kepada Industri Farmasi PT. Beta Pharmacon (Dexa Group) dengan merek dagang Avigan® dan
                                   kepada PT. Kimia Farma Tbk. yang saat ini sudah memproduksi produk generik Favipiravir di Indonesia.
                                   Sedangkan untuk Remdesivir, telah diberikan EUA sejak tanggal 19 September kepada Industri Farmasi PT.
                                   Amarox Pharma Global, PT. Indofarma, dan PT. Dexa Medica.

                               T   Apakah obat Deksametason dapat digunakan untuk COVID-19?
                               J   Hasil penelitian Universitas Oxford terkait penggunaan Deksametason menunjukkan penurunan kematian
                                   hanya pada kasus pasien COVID-19 yang berat yang menggunakan ventilator (alat bantu pernapasan) atau
                                   memerlukan bantuan oksigen. Obat ini tidak bermanfaat untuk kasus COVID-19 ringan dan sedang atau
                                   yang tidak dirawat di rumah sakit.
                                   Deksametason adalah obat keras golongan steroid yang terdaftar di BPOM dimana pembeliannya harus
                                   dengan resep dokter dan penggunaannya dibawah pengawasan dokter. Deksametason tidak dapat
                                   digunakan untuk pencegahan COVID-19.
                                   Deksametason yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter yang digunakan dalam jangka
                                   waktu panjang dapat mengakibatkan efek samping menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan tekanan
                                   darah, diabetes, moon face dan masking effect serta efek samping lainnya yang berbahaya.


           2   Majalah Pengawasan Obat dan Makanan
   1   2   3   4   5   6   7   8   9