Page 58 - E-modul Kelas 5 SD Tema 7 Subtema 1
P. 58
Setelah menamatkan pendidikan Akmil Jurtek-nya pada tahun 1962,
beliau menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit
Barisan di Medan. Tugas ini dipegangnya hanya setahun karena dirinya
kemudian mengikuti pendidikan Sekolah Intelijen. Ia dikirim di garis depan
massa konfrontasi dengan Malaysia yang dikenal dengan istilah 'dwikora' di
mana ia memimpin kelompok sukarelawan di beberapa titik di tanah air. Sejak
saat itu ia dipromosikan menjadi Letnan Satu/ Lettu dan pengawal pribadi
Jendral Abdul Haris Nasution.
Pada saat terjadi kerusuhan G30S, ia pun tak luput dari kejaran pada
anggota PKI. Pada pagi hari pada 1 Oktober 1965,Pierre sedang tidur di ruang
belakang rumah Jenderal Nasution. Suara tembakan dan ribut-ribut
membuatnya terbangun dan berlari ke bagian depan rumah. Sementara
gerombolan PKI yang sudah kelabakan karena tidak menemukan Nasution yang
sudah sempat melarikan diri, kemudian bertemu dengan Pierre Tendean. Lalu
dia mengaku bahwa dirinya Nasution, hal tersebut dilakukan untuk melindungi
atasannya.
Esoknya, dia bersama enam perwira lainnya ditemukan telah menjadi
mayat di satu sumur tua di daerah Lubang Buaya. Ketujuh Perwira Angkatan
Darat itu kemudian dimakamkan di Taman Makam pahlawan Kalibata, Jakarta.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Andreas
Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan SK
Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965, tgl 5 Oktober 1965
49 TEMA 7 SUBTEMA 1 KELAS V SD/MI