Page 14 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 14
Pengayaan Materi Sejarah
akan disuruh dan dibujuk ―untuk mencintai dan mengagumi pahlawan-
pahlawan kemerdekaan Eropah, seperti Wilhelm Tell, Mazzini, Garibaldi,
Willem van Oranye dan banyak lagi. Sebaliknya sejarah Tanah Airnya
sendiri dilukiskan sebagai sejarah Hindia Belanda, yang mulai dengan
datangnya tuan Houtman di Teluk Banten‖. Anak-anak sekolah, kata
Hatta selanjutnya ― diharuskan membeo guru-gurunya dan
menganggap pahlawan-pahlawan Indonesia seperti Diponegoro,
Tuanku Imam Bonjol, dan Teuku Umar dan banyak lagi yang lain
sebagai pemberontak, pengacau, bandit dan entah apa lagi. Pada hal
mereka adalah juga pahlawan-pahlawan seperti halnya Willem van
Oranje, Wilhelm Tell, Mazzini, Garibaldi dan sebagainya. Kepada mereka
kami semua merasa berhutang budi‖.
Secara keseluruhan pidato Hatta tidak terlupakan dalam uraian
sejarah pergerakan kebangsaan, tetapi protes dan keluhan Hatta
tentang pengajaran sejarah ternyata dibiarkan berlalu saja dalam
tinjauan perkembangan historiografi Indonesia. Mungkin karena yang
menjadi pokok uraian Hatta adalah haknya dan kawan-kawannya untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan membela harkat bangsa
sehingga hal yang dianggap bersifat sampingan dibiarkan terlewatkan
saja.
Jadi bisalah dipahami juga kalau kritik atas historiografi kolonial
biasa juga dimulai dengan tinjauan terhadap buku Geschiedenis van
Nederlandsch Indie, yang diedit oleh Stapel. Gara-gara buku yang
sedemikian asyik berkisah tentang aktivitas dan pengalaman orang
Belanda di tanah jajahan yang disebut ―Hindia Belanda‖ ini van Leur ,
seorang ilmuwan muda, kaget setengah mati. Mencapai kedewasaan
intelektual ketika pergerakan nasional Indonesia telah merupakan
realitas keseharian dari zaman kolonial ia merasa heran juga dengan
orientasi buku lima jilid yang diterbitkan seacar resmi. Bayangkan saja
untuk mengisahkan pemakaman seorang mantan Gubernur Jenderal
saja buku yang diedit Stapel ini menghabiskan berpuluh-puluh halaman,
sedangkan realiats dan dinamika kehidupan anak negeri hanya dilihat
―dari dek kapal, lantai atas benteng dan gallery dari rumah niaga‖ saja.
Kalau memang telah begini halnya dengan karya yang dianggap sebagai
―buku standard‖ sejarah Hindia Belanda ini, maka seperti apakah hasil
kegiatan akademis yang berusaha mengadakan rekonstruksi peristiwa
masa lalu dari kepulauan Indonesia berdasarkan sumber-sumber sejarah
lainnya?
2