Page 245 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 245

pertama dengan dua orang wakil yaitu dr. Leimena dan dr. Subandrio.
                Kemudian dengan Penpres Presiden membentuk Dewan Pertimbangan
                Agung (DPA) diketuai oleh Presiden dan juga dengan Penpres dibentuk
                MPRS.  Dengan  dibubarkannya  Kabinet  Karya  maka  berakhirlah  masa
                Demokrasi Parlementer dan dimulainya masa Demokrasi Terpimpin.

                3.10.  Penutup
                        Pada masa demokrasi parlementer di bawah UUDS 1950 kabinet
                jatuh  bangun.  Sebagian  besar  kabinet-kabinet  hidup  tersendat-sendat,
                kurang  dari  setahun.  Kabinet  Natsir  hanya  enam  setengah  bulan  dan
                kabinet Burhanuddin Harahap tujuh bulan. Kabinet yang bertahan lebih
                dari setahun hanya kabinet Wilopo (empat belas bulan) dan kabinet Ali
                Sastroamijoyo  I  (dua  tahun).  Krisis  kabinet  sering  berlangsung  lama,
                antara  jatuhnya  Kabinet  Sukiman  dan  dibentuknya  kabinet  Wilopo
                waktu  krisis  tiga  puluh  delapan  hari.  Antara  kabinet  Wilopo  dan
                dibentuknya  kabinet  Ali  Sastroamijoyo  I  ada  waktu  krisis  paling  lama
                yaitu lima puluh delapan hari.
                        Partai  adalah  sarana  penting  dalam  pendemokrasian  negara.
                Adanya  partai-partai  politik  adalah  untuk  memudahkan  penyusnan
                kekuatan  dan  memudahkan  perundingan  untuk  penyusunan  itu.  Akan
                tetapi dalam prakteknya sukar untuk menyusun kabinet yang mendapat
                cukup dukungan partai. Kabinet yang berhasil dibentuk yang pada awal
                nampak  mantap,  kemudian  dapat  menjadi  goyah  karena  timbul
                pergeseran dengan adanya partai-partai yang menarik mundur menteri-
                menterinya. Akibatnya kabinet tersebut tidak bertahan lama. Pada masa
                demokrasi  parlementer  soal  tawar-menawar  dan  dagang  sapi
                mengambil  tempat  penting.  Juga  masalah  penentuan  personalianya
                selalu merupakan hambatan bagi setiap formatur. Adanya fraksi besar
                yang  mendukung  kabinet  tidak  menjadi  jaminan,  karena  fraksi-fraksi
                sedang  dan  kecil  selalu  dapat  menjadi  oposisi  yang  mengganggu.
                Kabinet tergantung pada fraksi-fraksi dalam parlemen.
                        Pada  setiap  pembentukan  kabinet,  partai-partai  tenggelam
                dalam  politik  dagang  sapi  yang  berlarut-larut  sehingga  sering
                menggagalkan  tugas  formatur.  Apabila  kabinet  berhasil  dibentuk,
                kelangsungan  hidupnya  tidak  hanya  ditentukan  oleh  dukungan  partai-
                partai  yang  relatif  besar,  melainkan  juga  partai-partai  sedang  dan
                malahan  partai-partai  kecil  dapat  ikut  menentukan  jatuhnya  kabinet.
                Itulah  sebabnya,  setiap  formatur  harus  juga  memperhitungkan
                dukungan partai-partai sedang dan partai-partai  kecil.



                                                                                 233
   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250