Page 511 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 511
penduduk miskin desa. Apalagi bila mereka jumpai mata pencaharian
bertani semakin sulit untuk menjadi sandaran kehidupan. Akhirnya,
banyak penduduk perdesaan yang terdorong mencari pekerjaan di kota
dan melakukan proses migrasi dari desa ke kota. 65
7.7. Alih Teknologi Dirgantara Nasional dan Industri Pesawat Terbang
Nurtanio
Industri Pesawat Terbang Nurtanio (selanjutnya disingkat IPTN)
yang berkedudukan di Bandung mulai beroperasi pada tahun 1976,
sesaat setelah mendapatkan lisensi untuk memproduksi pesawat
helikopter NBO-105. Helikopter NBO-105 ini merupakan hasil rancang
bangun MBB (Messerschmidt-Bölkow Blohm) di Hambrug, Republik
Federal Jerman), sebuah perusahan pesawat terbang komersial di
Jerman, karena pemrakarsa dan Direktur Utama IPTN pernah bekerja di
perusahaan tersebut. Di MBB, Habibie memulai karirnya dari bawah.
Setelah meraih gelar sarjana strata tiga, Habibie bekerja sebagai asisten
peneliti hingga menjabat wakil presiden dan direktur teknologi MBB
pada tahun 1974-1978. Posisinya sebagai wakil presiden MBB dialihkan
menjadi Penasehat Dewan Direksi MBB karena Habibie diangkat menjadi
Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 1978.
Peran Habibie sangatlah besar dalam peristiwa
penandatanganan perjanjian lisensi pembuatan helikopter NBO-105.
Pada saat yang bersamaan, Habibie menjabat dua posisi strategis di dua
perusahan pada dua negara. Tentu, posisinya sebagai Direktur Utama
IPTN membantunya meyakinkan Presiden Soeharto bahwa penting sekali
mendapatkan lisensi pembuatan helikopter untuk alih teknologi yang
berjangka panjang—suatu kepercayaan baru alih teknologi selama
kurun kemerdekaan. Sementara posisinya sebagal wakil presiden dan
direktur teknologi MBB juga turut mempengaruhi proses pengambilan
keputusan bahwa sangat penting memberikan lisensi kepada pihak
IPTN. Hal tersebut akan menguntungkan MBB dalam jangka panjang
karena Indonesia adalah pasar terbesar dalam hal pesawat-pesawat
ringan. Bisa juga dikatakan bahwa MBB mempercayai IPTN karena
direktur utamanya adalah salah satu pemimpin utama mereka sendiri.
Kiranya hal itu tidak berlebihan bila diingat bahwa sewaktu IPTN berdiri,
karyawannya hanya berjumlah 500 orang (dan hanya memiliki
17 insinyur yang ahli di bidang penerbangan), sebuah jumlah yang kecil
499