Page 55 - Merayakan Guru Bangsa
P. 55
terjebak dalam permainan kalah-menang dengan
negara-negara lain, karena bangsa Indonesia
menempati lingkungan alam yang berbeda dengan
negara lain. Di awal kemerdekaan Indonesia, para
Guru Bangsa telah mampu merumuskan landasan
bagi kehidupan bernegara kita, yang menempatkan
Indonesia sebagai arah dan tujuan hidup berbangsa
dan bernegara, dan memilih kalimat Bhinneka
Tunggal Ika sebagai motto yang mewakili
keseluruhan strategi kebudayaan kita. Mereka
telah menempatkan suatu tata nilai yang diyakini
dapat mengantarkan kita menggapai kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat.
Di dalam kata bhinneka tunggal, keberagaman yang
menyatu, dapat kita maknai sebagai pesan untuk
membangun sesuai dengan keunggulan komparatif
di tiap-tiap wilayah di Tanah Air Indonesia, sekaligus
mengandung pesan kepada kita untuk bersatu-
padu mengemasnya dalam satu kesatuan sebagai
inti kekuatan.
Kita dapat melihat dengan kacamata
berbeda-beda untuk sebuah pencapaian kemajuan
atau kesuksesan. Contoh lain adalah ketika Joko
Widodo menjadi calon presiden dan kemudian terpilih
menjadi Presiden Republik Indonesia ketujuh.
Kita dapat melihat bahwa Jokowi telah mampu
mensosialisasikan keunggulan komparatifnya
dengan baik: sederhana, jujur, bersih, pro-rakyat,
dan pekerja keras. Padahal kalau dibandingkan
dengan kandidat lain, maka Jokowi bisa dibilang
kalah potensi: kalah ganteng, kalah kaya, kurang
55