Page 30 - Rwy Larassumbogo
P. 30
13
dibandingkan dengan keadaan persekolahan yang terdapat di
kota-kota lain keadaan persekolahan di .Kota·Yogyakarta pada
masa itu sudah dapat dikatakan baik. Pada waktu itu di J{ota,
Yogyakarta sudah terdapat beberapa buah &ropese ]Agere
School, tempatnya di Terban (sekarang SMA 6 Negeri), di Seco
diningratan (sekarang SMP 2. Negeri) dan di Bintaran. Juga ter
dapat beberapa buah sekolah angka satu clan sekolah angka dua.
Sekolah angka satu adalah sekolah dasar untuk anak bumi puµ-a
dari golongan menengah ke atas yang di dalamnya d_iajark�
pula bahasa Belanda. Sedang sekolah angka dua atau "ongko
loro" adalah sekolah dasar yang diperuntukkan bagi anak-anak
bumiputera pula. i Berbeda dengan sekolah angka satu yang
mendapat pelajaran bahasa Belanda, sekolah 0ongko loro"
tidak mendapat pelajaran ·bahasa Belanda. Suharjo bersekolah di
sekolah "Ongko Loro" di Jetis. Ketika itu masa belajar di
sekolah "Ongko Loro" hanya tiga tahun. Meskipun demikian,
Suharjo tidak sampai selesai sekolah, baru duduk di kelas dua
ia sudah keluar, karena hatinya terlalu cenderung kepada senL3)
B. BAKATNY A MULAI KELIHAT AN
Seperti anak-anak yang lain, pada waktu masih kecil Su
harjo suka bermain-main dengan teman-teman sekampung, mi
salnya bermain ambah-ambah lemah, gamparan, gula ganthi,
je thungan, dan sebagainya. Kecuali itu ia suka bennain "musik"
atau "karawitan" dengan caranya sendiri yang unik. Mula-mula
ia membuat beberapa lubang di tanah yang berderet lurus. Ke
mudian ia menaruh tempurung-tempurung di atas lubang
lubang tersebut. Dengan demikian terjadilah semacam bonang,
yatu salah satu alat musik Jawa yang cara membunyikannya
dengan memukul. Kalau sudah asyik dengan "bonang" nya itu
Suharjo yang masih kecil itu merasa bahagia sekali.4)
Di atas sudah diterangkan bahwa pada waktu masih duduk
di kelas dua sekolah "Ongko Loro", Suharjo sudah keluar dari
sekolahnya, karena hatinya terlalu cenderung k�pada seni.: