Page 18 - Buku Digital Sejarah Tentang Lafran Pane
P. 18

pemuda yang dibina oleh Kaigun.

                         Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah mengalah pada Seku-

                  tu. Ketika itu Lafran Pane dan pemuda Indonesia lainnya berikrar bahwa
                  “tidak mau menerima kemerdekaan  Indonesia dari Jepang seperti apa
                  yang dipersiapkan oleh  Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau

                  PPKI”. Ikrar tersebut dicetuskan di Jalan Menteng Raya 31 Jakarta. Kondi-

                  si pada saat itu telah merugikan aktivitas politik mahasiswa dan pemuda
                  lainnya,  sehingga  mereka  tidak  bebas  melakukan  diskusi  secara
                  terbuka. Karena kondisi tersebut,  diskusi  dilakukan   di Asrama mereka.

                  Tiga asrama yang terkenal pada masa kemerdekaan sebagai tempat berdi-

                  skusi Lafran Pane dan pemuda lainnya diantaranya adalah Asrama         Men-
                  teng Jaya, Asrama Kebon Sirih, dan Asrama Cikini.
                         Melalui diskusinya para pemuda saat itu termasuk Lafran Pane kemu-

                  dian menjadi  pemuda generasi 45 yang terus bangkit dan mempertahankan

                  kemerdekaan  Indonesia  dengan  cara  mereka  masing-masing.  Menurut
                  Kepala Pusat Sejarah ABRI  Departemen Pertahanan Keamanan Brigjen
                  Nugroho Notosusanto menyatakan, bahwa terdapat empat kelompok yang

                  memegang peranan   penting  dalam proklamasi kemerdekaan 1945. Mereka

                  diantaranya  adalah, kelompok satu disebut dengan  “golongan tua” yang
                  didalamnya diantaranya  Soekarno, Hatta, dan PPKI. Kelompok dua adalah
                  golongan  mahasiwa atau pelajar,  mereka  kebanyakan tinggal di Asrama

                  Mahasiswa Kedokteran dan Asrama Cikini yang juga menjadi markas Badan

                  Permusyawaratan Pemuda Indonesia (BAPERPI). Kelompok tiga adalah
                  kelompok Pengusir Tentara Asing, meskipun tidak semua anggota  PETA
                  masuk dalam kelompok ini. Kelompok empat adalah “golongan campur aduk”

                  yang saat itu bermarkas di Menteng Raya  31.

                         Keempat kelompok diatas, Lafran Pane dan pemuda lainnya masuk
                  dalam golongan yang    keempat. Golongan campur aduk merupakan gabung-
                  an pemuda dari berbagai penjuru Indonesia. Mereka terkenal setelah ter-

                  bentuknya Komite Van Aksi sesudah proklamasi. Pimpinannya diantaranya

                  adalah Sukarni,  Adam Malik,  Wikana,  Chaerul  Saleh,  Kusnaeni,  Darwis,
                  dan masih banyak lainnya. Lafran Pane kemudian dimasukan sebagai salah
                  satu Pemrakarsa Proklamasi 17 Agustus 1945. Beliau kemudian diundang

                  pada  pertemuan yang kedua Pemrakarsa Proklamasi yang bertempat  di






     14      Lafran Pane
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23