Page 84 - E-MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 84
persamaan status laki-laki dan perempuan dan inilah yang disebut oleh para feminis
sebagai ayat normatif. Namun, di sisi yang lain terdapat ayat-ayat yang menyatakan
adanya perbedaan laki-laki dan perempuan dan inilah ayat-ayat sosiologis-
kontekstual. Penafsiran-penafsiran merekapun menjadi salah satu “gerakan
feminisme Islam”, yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial menuju
72
kesetaraan gender yang memang menjadi tujuan Islam.
1. Kondisi Perempuan Pra Islam
Perempuan, sebelum Isam datang. Ditempatkan pada kedulukan yang
rendahokh peradaban dan klaim kemajuan buda ya umat manusia. Di peradaban
manap un, kecuali Islam pere mpuan dite mpa tkan sebagai obyek budak, pehyan
dan pemas nafsu khki saja.
M. Sejarah menginformas kan bahwa sebelum turunnya Al-Quran terdapat
sekian banyak peradaban besar, seperti Yunani, Romawi, India, dan Cina Dunia
juga menge nal agam-agamm seperti Yahudi, Nasrani (Katolik, Protestan Kristen
dsb). Buddha, Zoroaster, Hindu, Khonghuu dansebagainya. Pada Masa Sebelum
Islam datang kaum wanita hidup dalamn\ kesengsaraan terutama pada masa arab
jahiliyah, di mana saat itu mereka membenci kelahiran anak perempuan. Sehingga
di antara mereka ada yang mengubur hidup-hidup anak pere mpua nnya hingga mati
di dalam tanah. Di antara merekapun ada yang tidak mengubur amk perempuannya,
namun menbiarkannya hidup dalam kehinaan dan kesengsaraan. Sedangkan
perempuan dalam pandangan Yunani tak memiliki t mpat yang layak. Bahkan kaum
lelaki saat itu mempercayai bahwa perempuan merupakan sumber penyakit dan
bencana. Sehingga mereka memposisikan perempuan sebagai makhluk yang
rendah. Perempuan saat itu, dipandang hanya sebagai komoditas yang bisa dikuasai
oleh siapapun. Lelaki bokeh memiliki dan menguasai perempuan tanpa melalui
ikatan pernikahan yang suci.
Selanjutnya perempuan pada masyarakat Romawi berada dalam posisi yang
hina sebagai pemuas nafsu laki-laki saja. Meski perempuan mendapatkan
kebebasan, bentuknya hanya sebatas bebas menikah dengan
72 Ibid, hal 33-34.
56