Page 50 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 50
Dalam rangka kebijaksanaan politik-ekonomi tersebut,
maka proses penurunan negeri-negeri dari gunung ke pantai
yang telah dilakukan sejak masa Portugis dilanjutkan oleh voe,
kecuali di beberapa negeri di Pulau Ambon yang penduduknya
tinggal di pegunungan sampai sekarang. Proses perpindahan
yang dijalankan secara sistematis oleh voe juga telah
membawa perubahan-perubahan besar dalam pola-pola
kemasyarakatan dan kebudayaan. Dinamika yang terjadi
karena adanya eukulturasi itu oleh Cooley dinyatakan bahwa
proses pemindahan ini disertai dengan perobahan agama dari
kepercayaan asli menjadi agama Kristen.
Tentu saja perpindahan tempat tersebut, penggabungan
kelompok-kelompok penduduk dan penggantian kepercayaan
menyebabkan pula perubahan-perubahan yang tidak
sedikit dalam bidang adat-istiadat asli yang selalu erat
hubungannya dengan tempat dan kepercayaan. Oleh sebab itu
masa 1605--1675 itu digambarkannya sebagai suatu periode
perubahan dalam masyarakat negeri-negeri di Maluku terutama
di Maluku Tengah yang mengalami kegoncangan-kegoncangan
cukup besar. Dalam banyak hal cara hidup penduduk berubah
akibat penurunan dari gunung ke pantai. (Cooley; ibid)
Perobahan sosial-kulturil yang luas dan mendalam juga
terjadi akibat politik Belanda mengadakan hongitochen guna
mendirikan dan mempertahankan kekuasaannya atas
perdagangan rempah-rempah. Seperti sudah diketahui
hongitochten ini adalah expedisi-expedisi perang atau operasi
pembersihan (extirpasi) terhadap penduduk yang tidak
mentaati peraturan voe yang mengharuskan supaya produksi
rempah-rempah di jual kepada companie saja. Setiap tahun
voe menetapakan masing-masing negeri harus menyediakan
sekian banyak kora-kora (perahu perang) lengkap dengan
tenaga pendayung untuk membentuk pasukan yang dipimpin
oleh Gubemur di Ambon dan dipergunakan untuk memukul
daerah-daerah dan negeri-negeri yang menjual rempah-rempah
kepada pedagang asing lainnya.
35