Page 47 - REVISI MEDIA_Neat
P. 47
Pada suatu hari, Sultan Maulana Hasanudin Banten alias Sultan
Banten berkunjung ke Lampung untuk berdakwah dan menyebarkan
agama Islam. Penunggu Sungai Kapuas Saat sedang mandi, Sultan
Banten melihat cahaya terang yang memancar dari bumi ke langit. Hal
inimembuat Sultan Banten berfirasat ada seorang putri yang dapat
menciptakan hal baik bila ia menikahinya.
Sultan Banten kemudian menemui Ratu Galuh dan menanyakan
perihal tersebut. Mendengar cerita Sultan Banten, Ratu Galuh
mengenalkan pada cucunya yaitu Putri Sinar Alam. Melihat keelokan
Putri Sinar Alam, Sultan Banten langsung jatuh cinta dan mereka pun
menikah. Tak berselang lama, Sultan Banten harus kembali ke Banten
sementara waktu dan tidak mengajak Putri Sinar Alam. Saat di Banten,
dia melihat kembali cahaya terang dari bumi ke langit. Hal itu membuat
dirinya berpikir bahwa cahaya itu berasal dari Pugung, yang artinya Putri
yang dia nikahi bukanlah Putri yang memiliki sinar itu.
Setelah kejadian itu, Sultan Banten kembali ke Pugung dan
menanyakannya ke Ratu Galuh. Mendengar hal tersebut, Ratu Galuh
langsung memperkenalkan cucunya lagi yaitu Putri Sinar Kaca. Sultan
Banten pun menikahi Putri Sinar Kaca. Waktu berjalan hingga Putri
Sinar Kaca dan Putri Sinar Alam mengandung anak dari Sultan Banten
dalam waktu yang hampir bersamaan.
Kemudian lahirlah dua orang putra bernama Kejalo Bidin, anak
dari Putri Sinar Kaca, dan Kejalo Ratu anak dari Putri Sinar Alam.
Sayangnya Sultan Banten tak hidup bersama mereka. Dia berada di
Banten dan tak pernah mengunjungi anak dan istrinya.
Kejalo Ratu dan Kejalo Bidin tumbuh bersama menjadi anak yang
baik. Mereka kemana-mana selalu bersama, dan hal ini yang membuat
Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca hidup damai dan merasa bahagia
tanpa Sultan Banten.
Seiring berjalannya waktu, mereka semakin mengerti dan bertanya
mengenai sosok seorang ayah. Mereka bertanya mengapa semua anak
mempunyai ayah, namun Kejalo Ratu dan Kejalo Bidin tidak punya
ayah. Hal ini membuat mereka kerap diejek oleh teman-temannya.
Mendengar hal ini, nenek mereka Ratu Galuh pun merasa kasihan.
Kemudian Ratu Galuh memberitahu kepada Kejalo Ratu dan Kejalo
Bidin bahwa mereka mempunyai ayah yang bernama Sultan Maulana
Hasanudin Banten. Ratu Galuh juga menceritakan kepribadian Sultan