Page 105 - 4. BAHAN AJAR IPS_SISCA YUNI IRIYANI_201903099
P. 105

Letak Kerajaan Aceh yang strategis, yaitu  di persimpangan perdagangan dunia
                  di  pelabuhan  Malaka  membuat  kerajaan  tersebut  secara  ekonomi  sangat  makmur.

                  Banyak  pedagang  dari  berbagai  negara  akan  berkunjungn  dan  disinggah  di  kerajaan
                  Aceh.  Kesultanan  Aceh  juga  memiliki  bandar  yang  nenjadi  bandar  utama  di  Asia

                  sehinggan  perkembangan  perdagangan  dan  pelayaran  di  kerajaan  ini  mengalami

                  kemajuan  yang  sangat  pesat  dan  menjadi  incaran  oleh  para  negara  penjajah,  seperti
                  Portugis  dan  Belanda.  Selain  maju  di  bidang  perdagangan  yang  menjual  barang

                  akomodasi lokal di Aceh  seperti rempah, lada, dan sebagainya. Pelabuhan Aceh juga
                  menjadi tempat pertukaran barang ekspor dan impor.

                         Kebudayaan yang dimiliki oleh kesultanan Aceh ini tidak lepas dari kebudayaan
                  Islam karena pada saat itu Islam juga menjadi masa kejayaaan seiring dengan kerajaan

                  Islam  yang  pernah  Berjaya  di  tanah  Aceh.  Kerajaan  Aceh  dan  Pasai  juga  dikenal

                  sebagai Serambi Mekah karena proses awal masuknya agam Islam ke Nusantara melalui
                  Aceh yang dibawa oleh pedagang Islam dari luar negeri. Dalam system pemerintahan

                  Kerajaan Aceh terdapat beberapa istilah yang unik dan harus diketahui, yaitu Teungku

                  Meunasa, Ureung Tuha, Gempong, dan Mukim. Teungku Meunasa adalah orang yang
                  sangat mahir dalam bidang agama, Ureung Tuha adalah sebutan untuk orang tua yang

                  ada di kampong, Gampong adalah sebutan untuk orang yang disegani oleh masyarakat,
                  sedangkan Mukim adalah gabungan dari beberapa gampong.

                         Semua kejayaan Kerajaan Aceh mulai terasa kemundurannya setelah wafatnya
                  Sultan  Iskandar  Muda.  Hal  ini  dikarenakan  karena  beberapa  hal  misalnya  adanya

                  pertikaian antar golongan bangsawan serta kembalinya bangsa asing Portugis menyerah

                  Aceh untuk menguasai wilayah Aceh selain itu juga banyaknya daerah kekuasaan yang
                  akhirnya melepaskan diri.

                         Kerajaan  Aceh  meninggalkan  banyak  peninggalan  yang  berupa  bangunan,
                  arsitektur,  sastra,  dan  sebagainya  yang  masih  ada  sampai  sekarang.  Peninggalan

                  Kerajaan Aceh antara lain, yaitu Hikayat Prang Sabil  yang berisi tentang nasihat dan
                  ajakan  dalam  melakukan  jihad  di  medan  perang,  Masjid  Raya  Baithurrahman,  Pinto

                  Khop yang berfungsi sebagai gerbang juga tempat istirahat untuk Putri Pahang, Taman

                  Sari  Gunongan,  Meriam  Kerajaan  Aceh,  Masjid  Tua  Indrapuri,  uang  emas  Kerajaan
                  Aceh, Benteng Indraprata, dan makam Sultan Iskandar Muda.







                                                           97
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110