Page 17 - E-BOOK KEANEKARAGAMAN CAPUNG (ODONATA)
P. 17
Hal ini disebabkan karena pada saat terbang dan melakukan perkawinan,
capung tidak dapat menentukan habitat yang cocok untuk meletakkan
telurnya, sehingga capung tersebut meletakkan telurnya di tempat yang tidak
biasanya (tidak semestinya), contohnya lubang pada pohon yang tergenangi
air, dan lubang pada bambu (Budianta, 2011).
e) Klasifikasi Capung
Secara taksonomi capung (Odonata) dibagi ke dalam tiga subordo, yaitu
capung jarum (Zygoptera), capung peralihan (Anisozygoptera) dan capung
(Anisoptera). (Subramanian, 2005). Namun, sistem klasifikasi modern yang
menggunakan pohon filogenetik, menemukan bahwa capung peralihan
(Anisozygoptera) bersifat parafiletik dengan capung (Anisoptera), sehingga
Anisozygoptera digabungkan ke dalam Anisoptera. Capung jarum (Zygoptera)
mempunyai bentuk tubuh cendrung lebih ramping dari capung, mata majemuk
yang terpisah jauh satu sama lainnya, dua pasang sayap yang mempunyai
bentuk yang sama dan saat beristirahat biasanya dilipat (hampir terlipat) di
atas atau sisi abdomen, dan saat terbang cendrung lemah sehingga wilayah
jelajah capung jarum (Zygoptera) ini tidak luas (Janra dkk, 2020). Capung jarum
(Zygoptera) dibedakan menjadi empat famili, yaitu Chlorocyphidae,
Coenagrionidae, Platycnemididae, dan Protoneuridae (Sigit dkk, 2013).