Page 19 - Ruang Cerita
P. 19
Si Kabayan
Si Kabayan
Suatu hari, Si Kabayan disuruh mertuanya memetik buah
nangka matang. Pohon nangka tersebut terletak di pinggir
selokan, tangkainya menjorok di atas selokan.
Si Kabayan memanjat pohon nangka dengan malasnya. Ia takut
mertuanya marah besar jika ia tak menuruti perintahnya. Di atas
pohon ia melihat ada buah nangka telah matang.
Dipetiknya buah nangka matang tersebut. Tapi sayang, karena
cukup sulit, buah nangka tersebut tak sengaja jatuh ke selokan.
Si Kabayan membiarkan buah nangka matang hanyut di selokan.
"Nah, coba kamu pulang duluan saja ke rumah abah lewat situ,"
ujarnya. Ia kemudian pulang ke rumah mertuanya.
Di rumah, mertuanya tampak kesal ketika melihat menantunya
pulang tanpa membawa buah nangka matang yang ia minta.
"Mana buah nangka matang yang aku minta petik?" tanya
mertuanya.
"Loh, bukannya buah nangka yang aku petik tadi sudah sampai
duluan? Waktu kupetik, buah nangka itu jatuh ke selokan.
Tampaknya ia ingin berjalan sendirian. Makanya aku biarkan ia
berjalan sendirian. Sudah aku perintahkan agar ia cepat pulang ke
rumah, tapi ternyata belum sampai juga nangka itu ya? Dasar
nangka tak tahu diri, dia tidak mau menuruti perintahku," dengan
santainya Si Kabayan menjawab.
"Apa-apaan kamu Kabayan? Mana bisa buah nangka berjalan
sendirian ke rumah, dasar pemalas banyak alasan", mertuanya
berteriak kesal. Si Kabayan hanya tertawa ketika dimarahi oleh
mertuanya.
Sumber: Koesman, 2013, Si Kabayan (dengan penyesuaian).
Diceritakan ulang oleh Septi Eka Pratiwi.
Audio 1. Cerita Si Kabayan
10