Page 12 - Uki_Modul
P. 12
Begitu pentingnya seni pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda kekuasaan
raja adalah keterlibatan gamelan dan teater pada upacara-upacara atau pesta-ria kraton.
Selain itu Martopangrawit pada tahun 1975 menjelaskan bahwa karawitan adalah seni
suara yang menggunakan laras slendro dan pelog, baik suara manusianya maupun
instrumen (gamelan) asal berlaras slendro dan pelog dapat disebut karawitan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan suatu hal bisa dikatakan karawitan
yaitu jika terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Memainkan gamelan yang berlaras slendro dan pelog baik secara instrumentalia
ataupun diisi dengan vokal.
2. Menyuarakan nada slendro dan pelog (macapat, guritan, panembrama).
Karawitan di kalangan masyarakat Jawa sangatlah erat hubungannya dengan
seperangkat Gamelan yang terdiri dari beberapa jenis seperti Gamelan ageng, gamelan
kodok ngorek, gamelan carabalen, gamelan monggang, gamelan sekaten, dan
sebagainya. Gamelan sendiri berasal dari kata gamel/gambel (Jawa Kuno) yang berarti
bermain, dipukul untuk menghasilkan sebuah bunyi-bunyian. Dalam gamelan Jawa
terdapat dua sistem tangga nada yaitu slendro dan pelog.
Slendro adalah sistem pelarasan dalam karawitan Jawa dengan jarak interval yang
sama. Sedangkan laras (nada-nada) yang digunakan dalam laras slendro adalah:
1. Penunggul atau sering juga disebut barang, diberi simbol 1 dibaca siji atau ji.
2. Gulu, atau jangga (kromo jawa), diberi simbol 2 dibaca loro atau disingkat ro.
3. Dhodho, atau jaja atau tengah, diberi simbol 3 dan dibaca telu atau dibaca singkat lu.
4. Lima, diberi simbol 5 dibaca lima, atau mo sebagai bacaan singkatnya.
10