Page 169 - Kelas 9 PPKN BS
P. 169

mengenai   pembinaan Resimen Sunda      Kecil  dan cara-cara  menghadapi
                    Belanda. Sekembalinya dari Yogyakarta, kesatuan resimennya  dalam keadaan
                    terpencar. I Gusti Ngurah Rai menggalang kekuatan dan menggempur Belanda
                    pada  tanggal  18 November 1945. Karena  kekuatan pasukan tidak seimbang
                    dan persenjataan yang kurang lengkap, akhirnya  pasukan Ngurah Rai   dapat
                    dikalahkan dalam pertempuran “Puputan” di Margarana sebelah utara Tabanan
                    Bali, hingga I Gusti Ngurah Rai gugur bersama anak buahnya.
                    h.  Perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda

                        Belanda  selalu berusaha  menguasai  Indonesia  dengan berbagai   cara.
                    Berbagai perundingan yang dilakukan sering kali dilanggar dengan berbagai
                    alasan. Untuk menguasai   seluruh wilayah Indonesia, Belanda  melancarkan
                    agresi militer sebanyak dua kali. Agresi Militer I dilaksanakan pada tanggal
                    21 Juli 1947, dengan menguasai daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik
                    Indonesia di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Indonesia
                    secara  resmi  mengadukan agresi  militer ini  kepada  PBB dan akhirnya  atas
                    tekanan resolusi PBB tercapai gencatan senjata.

                        Agresi kembali dilakukan pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan
                    serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan
                    Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya
                    ibu kota negara ini, menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik
                    Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Setelah
                    Yogyakarta dikuasai Belanda, perlawanan bangsa Indonesia dilakukan dengan
                    mengubah strategi dengan cara perang gerilya. Salah satu hasil perang gerilya
                    adalah Serangan Umum tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh Jenderal
                    Sudirman. Serangan ini  memberi   dampak bagi  dunia  internasional  tentang
                    keberadaan NKRI.

                    i.  Perang Gerilya
                        Perlawanan bangsa Indonesia juga menggunakan strategi perang gerilya,
                    yaitu perang dengan berpindah-pindah tempat. Sewaktu-waktu menyerang
                    berbagai posisi tentara Belanda, baik di jalan maupun di markasnya. Salah satu
                    perang gerilya, dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Ia bergerilya dari luar kota
                    Yogyakarta selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1.000 Km di daerah
                    Jawa  Tengah dan Jawa  Timur. Tidak jarang, Soedirman harus   ditandu atau
                    digendong karena dalam keadaan sakit keras. Setelah berpindah-pindah dari
                    beberapa  desa, rombongan Soedirman kembali    ke  Yogyakarta  pada  tanggal
                    10 Juli 1949.
                        Kolonel  A.H. Nasution, selaku Panglima  Tentara  dan Teritorium  Jawa,
                    menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai
                    Perintah Siasat Nomor I, salah satu pokok isinya ialah tugas pasukan-pasukan


                                                  Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan        159
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174