Page 152 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 152
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
menemui Wali Kota Bandung dan menyampaikan kehendak panitia,
52
mumpung rakyat belum mengetahui kekalahan Jepang.
Duyeh Suharsa dan Anwar Sutan Pamuncak segera menemui
Walikota Bandung R.A. Atmadinata. Ternyata Atmadinata tidak
manyetujui permintaan panitia itu dengan alasan belum ada perintah
dari Jepang. Mereka mencoba menjelaskan bahwa Jepang telah
menyerah, dan tidak akan mengeluarkan perintah lagi, sehingga
Indonesia harus berdiri sendiri. Namun, Atmadinata bersikukuh menolak
permintaan mereka.
Kekalahan Jepang juga sudah diketahui oleh beberapa perwira
PETA di Priangan. Mereka berpendapat bahwa saat yang paling baik
untuk menentukan sikap terhadap kekalahan Jepang guna mewujudkan
kemerdekaan Indonesia ialah pada saat terdapat kekosongan kekuasaan
di Indonesia, karena kekalahan Jepang dari Sekutu pasti akan
menimbulkan kekosongan kekuasaan di Indonesia. Untuk
mempersiapkan semua itu, beberapa perwira PETA melatih siswa-siswa
Sekolah Menengah Atas dan Rensetai tentang kemiliteran. Sekitar 1.000
orang siswa dan pemuda diasramakan di Daidan III di Sukajadi,
Bandung. Latihan-latihan yang diberikan kepada mereka berupa
olahraga, keterampilan menggunakan senjata, baris-berbaris, dan
penanaman disiplin, gemblengan nasionalisme dan patriotisme.
53
Pelatihan tersebut diawasi oleh perwira Jepang.
Setelah mendengar Hiroshima dan Nagasaki dibom atom, terjadi
perubahan sikap pada perwira Jepang. Pada 13 Agustus 1945 mereka
memerintahkan PETA untuk manyerahkan senjata, dengan alasan akan
diganti. Beberapa perwira dan prajurit PETA Daidan III sempat lolos
untuk menyembunyikan senjata di rumah Chudancho Sukanda
Bratamanggala di Jalan Nylan No. 86 A, Bandung. Jenderal Mabuchi
lantas menyatakan pembubaran PETA di Hotel Orient Bandung. Saat itu
semua daidancho dan perwira pengawas Jepang menghadiri pertemuan
dengan Mabuchi. Para chudancho dan sodancho serta prajurit
melakukan usaha untuk mendapatkan senjata dan berhasil memperoleh
54
senjata untuk satu kompi lengkap.
Seluruh pancaindera ditujukan ke Jakarta, menunggu isyarat dari
dwi-tunggal nasional. Hari itu juga Nasution menanyakan kepada
seorang anggota Panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Yak Cwan Bing.
“Menurut keterangannya, kemerdekaan sudah pasti dan sidang tanggal
140